Popular Posts

Monday, December 21, 2015

Rasulullah Merindukan Umat Diakhir zaman


      Pada suatu hari, berlaku perbualan di antara Nabi saw. dengan Saidina Abu Bakar Siddiq serta para sahabat lain. “Wahai Abu Bakar, aku begitu rindu hendak bertemu dengan saudara-saudaraku( ikhwanku ),” berkata Nabi saw. “Wahai Rasulullah, bukankah kami ini teman-teman engkau?” jawab Abu Bakar. “Bukan,” jawab Nabi saw. “Kamu adalah sahabat-sahabatku”.

Seulas senyuman yang sedia terukir dibibirnya pun terungkai. Wajahnya yang tenang berubah warna. "Apakah maksudmu berkata demikian wahai Rasulullah? Bukankah kami ini saudara-saudaramu? " Saidina Abu Bakar bertanya melepaskan gumpalan teka-teki yang mula menyerabut fikiran.

"Tidak, wahai Abu Bakar. Kamu semua adalah sahabat-sahabatku tetapi bukan saudara-saudaraku (ikhwan)," suara Rasulullah bernada rendah.

"Kami juga ikhwanmu, wahai Rasulullah," kata seorang sahabat yang lain pula. Rasulullah menggeleng-gelangkan kepalanya perlahan-lahan sambil tersenyum. Kemudian baginda bersuara:

"Saudaraku ialah mereka yang belum pernah melihatku tetapi mereka beriman denganku sebagai Rasul Allah dan mereka sangat mencintaiku. Malahan kecintaan mereka kepadaku melebihi cinta mereka kepada anak-anak dan orang tua mereka."

-----------------------------------------------------------------------

Pada ketika yang lain pula, Rasulullah menceritakan tentang keimanan ‘ikhwan’ baginda: "Siapakah yang paling ajaib imannya?" tanya Rasulullah.

"Malaikat," jawab sahabat.

"Bagaimana para malaikat tidak beriman kepada Allah, sedangkan mereka sentiasa hampir dengan Allah," jelas Rasulullah. Para sahabat terdiam seketika. Kemudian mereka berkata lagi, " Para nabi."

"Bagaimana para nabi tidak beriman, sedangkan wahyu diturunkan kepada mereka."

"Mungkin kami," celah seorang sahabat.

"Bagaimana kamu tidak beriman, sedangkan aku berada ditengah-tengahkamu," pintas Rasulullah menyangkal hujah sahabatnya itu.

"Kalau begitu, hanya Allah dan Rasul-Nya sahaja yang lebih mengetahui," jawab seorang sahabat lagi, mengakui kelemahan mereka.

"Kalau kamu ingin tahu siapa mereka? Mereka ialah umatku yang hidup selepasku. Mereka membaca Al Quran dan beriman dengan semua isinya. Berbahagialah orang yang dapat berjumpa dan beriman denganku. Dan tujuh kali lebih berbahagia orang yang beriman denganku tetapi tidak pernah berjumpa denganku," jelas Rasulullah.

"Aku sungguh rindu hendak bertemu dengan mereka," ucap Rasulullah lagi setelah seketika membisu. Ada berbaur kesayuan pada ucapannya itu.

Tuesday, December 15, 2015

Dalil Peringatan Maulid Nabi SAW

     Dalil Lengkap Perayaan Maulid Nabi SAW
Oleh: Al Imam As Sayyid Prof. Dr. Muhammad bin ‘Alawi Al Maliki Al Hasani
Hari Maulid (kelahiran) Nabi S.A.W. adalah lebih besar, lebih agung, dan lebih mulia daripada dua Hari Raya. Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adlha hanya berlangsung sekali dalam setahun, sedangkan peringatan Maulid Nabi S.A.W., mengingat baginda dan sirohnya, mesti berlangsung terus, tidak terkait dengan waktu dan tempat.
Mengapa?
Karena Baginda-lah yang membawa ‘Ied (hari raya) dan berbagai kegembiraan yang ada di dalamnya. Karena Baginda juga, kita memiliki hari-hari lain yang agung dalam Islam. Jika tidak ada kelahiran Baginda, tidak ada bi’tsah (dibangkitkannya beliau sebagai rasul), Nuzul Quran, Isra Mikraj, Hijrah, kemenangan dalam Perang Badar, dan Futuh Mekah, kerana semua itu terhubung langsung dengan Baginda dan kelahirannya, yang merupakan sumber dari kebaikan-kebaikan terbesar.
Banyak dalil yang menunjukkan bolehnya memperingati Maulid yang mulia dan Beliau SAW menjelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan peringatan Maulid.
Pertama: Kita memperingati Maulid Nabi bukan hanya pada hari kelahirannya, tapi selalu dan selamanya, di setiap waktu dan setiap kesempatan, ketika kita mendapatkan kegembiraan, lebih-lebih lagi pada bulan kelahiran beliau, yaitu Rabi’ul Awwal, dan pada hari kelahiran baginda, hari Senin.
Tidak layak seorang yang berakal bertanya, “Mengapa kamu memperingatinya?” Seolah-olah dia bertanya, “Mengapa kamu bergembira dengan adanya Nabi S.A.W.?”.
Apakah sah bila pertanyaan ini timbul dari seorang yang Islam, yang mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad itu utusan Allah? Pertanyaan tersebut adalah pertanyaan yang bodoh dan tidak memerlukan jawaban. Seandainya saya, misalnya, harus menjawab, cukuplah saya menjawabnya demikian, “Saya memperingatinya karena saya gembira dan bahagia dengan Baginda, saya gembira dengan Baginda, sebab saya mencintainya, dan saya mencintainya sebab saya seorang mukmin”.
Kedua: Yang dimaksudkan dengan peringatan Maulid adalah, berkumpul untuk mendengarkan siroh Baginda dan mendengarkan pujian-pujian tentang diri Baginda, juga memberi makan orang-orang yang hadir, memuliakan orang-orang fakir dan mereka yang memerlukan, serta menggembirakan hati orang-orang yang mencintai Baginda.
Ketiga: Kita tidak mengatakan bahwa peringatan Maulid itu dilakukan pada malam tertentu dan dengan cara tertentu, yang dinyatakan oleh nas-nas syariat secara jelas, seperti sembahyang, puasa, dan ibadah yang lain. Tidak macam itu.
Peringatan Maulid tidak seperti sembahyang, puasa, dan lain-lain. Tetapi juga tidak ada dalil yang melarang peringatan ini, karena berkumpul untuk mengingat Allah dan Rasul-Nya serta hal-hal lain yang baik adalah sesuatu yang harus diberi perhatian, terutama pada bulan Maulid.
Keempat: Berkumpulnya orang untuk memperingati acara ini adalah ajakan terbesar untuk dakwah, dan merupakan kesempatan yang sangat berharga yang tak boleh diabaikan. Bahkan, para da’i dan ulama, wajib mengingatkan manusia tentang Nabinya, baik akhlaknya, hal ihwalnya, sirohnya, muamalahnya, maupun ibadahnya. Di samping itu menasehati mereka menuju kebaikan dan kebahagiaan serta memperingatkan mereka dari bala, bid’aah, keburukan, dan fitnah.

Yang pertama merayakan Maulid Nabi adalah Sohibul Maulid sendiri, yaitu Nabi S.A.W., sebagaimana yang disebutkan dalam Hadis Sahih, yang diriwayatkan Imam Muslim bahwa, ketika baginda ditanya mengapa berpuasa pada hari Senin, baginda menjawab, “Itu adalah hari kelahiranku.” Ini nas yang paling jelas dan terang yang menunjukkan bahwa memperingati Maulid Nabi adalah sesuatu yang dibolehkan syara’.
Banyak dalil yang boleh kita jadikan dasar, untuk diperbolehkannya memperingati kelahiran Nabi Muhammad S.A.W.
1. Peringatan Maulid Nabi S.A.W. adalah ungkapan kegembiraan dan kesenangan dengan baginda. Bahkan orang kafir pun mendapatkan manfaat dengan kegembiraan itu; Ketika Suwaibah, hamba Abu Lahab, paman Nabi S.A.W., menyampaikan berita kegembiraan itu; Ketika Suwaibah, hamba Abu Lahab, paman Nabi S.A.W., menyampaikan berita gembira tentang kelahiran Cahaya Alam Semesta itu, Abu Lahab pun memerdekakannya. Sebagai tanda suka gembira. Oleh kerana kegembiraan dan merayakan kelahiran baginda itu, di akhirat nanti siksa terhadap dirinya diringankan setiap hari Senin dan keluar air syurga dari celahan jarinya untuk minumannya.
Demikianlah rahmat Allah terhadap siapapun yang bergembira atas kelahiran Nabi, termasuk juga terhadap orang kafir sekalipun. Maka jika kepada seorang yang kafirpun Allah merahmatinya, sebab bergembira atas kelahiran Nabi-Nya, bagaimanakah anugerah Allah bagi umatnya, yang iman selalu ada di hatinya?
2. Baginda sendiri mengagungkan hari kelahirannya dan bersyukur kepada Allah, pada hari itu atas nikmatNya yang terbesar kepadanya.
3. Gembira terhadap Rasulullah S.A.W. adalah perintah AI-Quran. Allah S.W.T. berfirman,
“Katakanlah, ‘Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira’.” Surah Yunus: 58.
Jadi, Allah sendiri meminta kita untuk bergembira dengan rahmat-Nya, sedangkan Nabi S.A.W. merupakan rahmat yang terbesar, sebagaimana tersebut dalam Al-Quran,
“Dan tidaklah Kami mengutusmu melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam.” Al-Anbiya’: 107.
4. Nabi S.A.W. mengambil berat kaitan antara masa dan kejadian dalam Islam yang besar yang telah lalu. Apabila datang masanya hari peristiwa itu terjadi, itu merupakan kesempatan untuk mengingatnya dan mengagungkan harinya.
5. Memperingati Maulid Nabi S.A.W. mendorong kita untuk bershalawat, dan shalawat itu diperintahkan oleh Allah Ta’ala,
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat atas Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuknya dan ucapkanlah salam sejahtera kepadanya.” Al-Ahzab: 56.
Apa-apa yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang dituntut oleh syara’, berarti itu juga dituntut oleh syara’. Berapa banyak manfaat dan anugerah yang diperoleh dengan membacakan salam kepadanya.
6. Dalam Maulid, disebut tentang kelahiran beliau, mukjizat-mukjizatnya, sirahnya, dan pengenalan tentang pribadinya. Bukankah kita diperintahkan untuk mengenalnya serta dituntut untuk menirunya, mengikuti perbuatannya, dan mengimani mukjizatnya?! Kitab-kitab Maulid menyampaikan semuanya dengan lengkap.
7. Maulid Nabi juga merupakan ungkapan membalas jasa baginda dengan menunaikan sebagian kewajiban kita kepadanya dengan menjelaskan sifat-sifatnya yang sempurna dan akhlaknya yang utama.
Dulu, di zaman Nabi S.A.W., para penyair datang kepada baginda menyampaikan qasidah-qasidah yang memujinya. Nabi ridla dan senang dengan apa yang mereka lakukan, dan memberikan balasan kepada mereka dengan kebaikan-kebaikan.
Jika baginda pun ridla dengan orang yang memujinya, bagaimana baginda tidak ridla dengan orang yang mengumpulkan keterangan tentang akhlaknya yang mulia. Hal itu juga mendekatkan diri kita kepadanya, yaitu dengan menarik kecintaannya dan keridlaannya.
8. Mengenal sikap dan pribadi baginda S.A.W., mukjizat-mukjizatnya, dan irhash-nya (kejadian-kejadian luar biasa yang Allah berikan pada diri seorang rasul sebelum diangkat menjadi rasul), menambahkan iman yang sempurna kepadanya dan menambah kecintaan terhadapnya.
Manusia itu diciptakan menyukai hal-hal yang indah, penampakan fisiknya maupun akhlaknya, ilmu maupun amal, keadaan maupun keyakinan. Dalam hal ini tidak ada yang lebih indah, lebih sempurna, dan lebih utama dibandingkan akhlak dan sikap Nabi S.A.W. Menambah kecintaan dan menyempurnakan iman adalah dua hal yang dituntut oleh syara’. Maka, apa saja yang bisa menambahkannya juga merupakan tuntutan agama.
9. Mengagungkan Nabi S.A.W. itu disyariatkan, bahagia dengan hari kelahirannya dengan menampakkan kegembiraan, membuat jamuan, berkumpul untuk mengingatnya, serta memuliakan orang-orang fakir, adalah bukti mengagungkannya, kegembiraan, dan rasa syukur yang paling nyata.
10. Dalam ucapan Nabi S.A.W. tentang keutamaan hari Jumaat, disebutkan bahwa salah satu di antaranya adalah, “Pada hari itu Adam diciptakan”.
Ini menunjukkan dimuliakannya waktu masa seorang nabi dilahirkan. Maka bagaimana dengan hari dilahirkannya nabi yang paling utama dan rasul yang paling mulia?
11. Maulid juga adalah perkara yang dipandang baik oleh para ulama dan kaum muslimin di semua negeri dan telah dilakukan di semua tempat. Sebab itu, ia dituntut oleh syara’, berdasarkan kaedah yang diambil dari hadis yang diriwayatkan Abdullah bin Mas’ud,
“Apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin, ia pun baik di sisi Allah; dan apa yang dipandang buruk oleh kaum muslimin, ia pun buruk di sisi Allah.”
12. Dalam menyambut Maulid Nabi, di dalamnya berkumpulnya umat, zikir, sedekah, dan pengagungan kepada Nabi S.A.W. Semua itu hal-hal yang dituntut oleh syara’ dan terpuji.
13. Allah S.W.T. berfirman, “Dan semua kisah dari rasul-rasul, Kami ceritakan kepadamu (wahai Muhammad), yang dengannya Kami teguhkan hatimu:’ Surah Hud: 120.
Dari ayat ini nyatalah bahawa hikmah dikisahkan tentang para rasul adalah untuk meneguhkan hati Nabi. Tidak dinafikan lagi di saat ini kita pun perlu untuk menguatkan hati kita dengan berita-berita tentang baginda, lebih dari keperluan baginda akan kisah para nabi sebelumnya.
14. Bukan berarti yang tidak pernah dilakukan Salafussoleh dulu dan tidak ada di awal Islam memberi arti bid’aah yang munkar dan buruk. Melainkan apa yang ‘baru’ itu (yang belum pernah dilakukan) mesti dinilai berdasarkan dalil-dalil syara’.
15. Tidak semua bid’aah itu diharamkan. Jika haram, niscaya haramlah pengumpulan Al-Quran, yang dilakukan Sayyidina Abu Bakar, Sayyidina Umar, Sayyidina Zaid, Sayyidina Usman, dan penulisannya di mushaf-mushaf karena khawatir hilang dengan wafatnya para sahabat yang hafal Al-Quran.
Apakah haram ketika Sayyidina Umar mengumpulkan orang untuk mengikuti seorang imam ketika melakukan Shalat Tarawih, sedangkan beliau mengatakan, “Sebaik-baik bid’aah adalah ini.”?
Banyak lagi perbuatan baik yang sangat diperlukan umat Islam namun dikatakan bid’aah yang haram apabila semua bid’aah itu diharamkan.
16. Maulid Nabi S.A.W., meskipun tiada di zaman Rasulullah S.A.W., sehingga menjadi bid’ah; adalah bid’ah hasanah (bid’ah yang baik). Ia termasuk di dalam dalil-dalil syara’ dan kaedah-kaedah kulliyyah (yang bersifat global).
Jadi, Maulid Nabi itu bid’ah jika kita hanya memandang bentuknya, bukan peranan-peranan amalan yang terdapat di dalamnya (sebagaimana terdapat dalam dalil kedua belas), karena amalan-amalan itu juga ada di zaman Nabi.
17. Semua yang tidak ada pada awal Islam dalam bentuknya, tetapi perincian-perincian amalnya ada, juga dituntut oleh syara’. Sebab, apa yang tersusun dari hal-hal yang berasal dari syara’, pun dituntut oleh syara’.
18. Imam Syafi’i mengatakan, “Apa-apa yang baru (yang belum ada atau dilakukan di masa Nabi S.A.W.) dan bertentangan dengan Kitabullah, sunnah, ijmak, atau sumber lain yang dijadikan pegangan, adalah bid’ah yang sesat. Adapun suatu kebaikan yang baru dan tidak bertentangan dengan yang tersebut itu, adalah terpuji “
19. Setiap kebaikan yang terangkum dalam dalil-dalil syar’i, hal itu tidak dimaksudkan untuk menyalahi syariat dan tidak pula mengandung suatu kemungkaran, itu termasuk ajaran agama.
20. Maulid Nabi S.A.W. bererti menghidupkan ingatan (kenangan) tentang Rasulullah, dan itu menurut kita disyariatkan dalam Islam. Sebagaimana yang kita lihat, sebagian besar amalan haji pun menghidupkan ingatan tentang peristiwa-peristiwa terpuji yang telah lalu.
21. Semua yang disebutkan di atas, tentang dibolehkannya secara syariat peringatan Maulid Nabi S.A.W., hanyalah pada amalan-amalan atau perbuatan yang tidak disertai perbuatan-perbuatan mungkar yang tercela, yang wajib ditentang, (seperti tontonan pengumbar aurot, judi, mabuk, dll).
Sumber:
1. Kitab Dzikroyat Wa Munasabat
2. Kitab Haul Al Ihtifal Bi Dzikro Maulid An Nabawi Asy Syarif
3. Majelis Al Haramain

Sunday, December 6, 2015

Islam bukan Teroris

Habibana Munzir bin Fuad Almusawa Alaihi Rahmatullah:

-- Terorisme dan Radikalisme Bukan Ajaran Islam --

Saudaraku yang kumuliakan, mereka (para teroris/ekstrimis) ini saudara-saudara Muslimin kita yang dangkal dalam pemahaman Syariah, cuma menggunting ayat lalu memaksakan pemahaman mereka dengan kemauan mereka. Ayat-ayat tersebut adalah kekerasan orang mukmin kepada kuffar adalah kepada kafir harby yang memerangi Muslimin, sedangkan kafir yang tidak memerangi Muslimin maka Rasul Saw. berlemah-lembut pada mereka, hal itu jelas pada belasan bahkan puluhan ayat dan riwayat shahih.

Islam adalah kesatria, bukan pengecut, jika musuh memerangi dengan senjata maka perangi dengan senjata, jika dengan siasat maka perangi dengan siasat, jika dengan harta maka perangi dengan harta. 

Lalu bagaimana dengan pemuda Yahudi yang berkhidmat di rumah Rasulullah Saw. dan Rasul Saw. menerimanya berkhidmat. Bagaimana seorang kafir Yahudi itu masuk ke rumah Rasul Saw. bahkan diterima sebagai khadim beliau Saw. Rasul Saw. tidak menghardik dan mengusirnya atau memaksanya masuk Islam. Adakah orang yang lebih benci pada kekufuran melebihi Muhammad Saw.? Namun beliau menerimanya bahkan tinggal di rumah beliau Saw. Sampai kemudian pemuda itu sakit, Rasul Saw. menjenguknya dan ia di sakaratulmaut, dan ia masuk Islam. Demikian dalam Shahih al-Bukhari.

Juga kemarahan Rasul Saw. terhadap Muslim yang menampar Yahudi yang mengatakan Nabi Musa lebih mulia dari Nabi Muhammad Saw. Maka Rasul Saw. menegur keras Muslim tersebut. (Shahih al-Bukhari).

Lalu bagaimana dengan Abu Lahab yang menggali lobang untuk perangkap Nabi Saw. dan ia sendiri yang terjatuh ke dalamnya? Tangan mulia Rasul Saw. yang menolongnya keluar dari perangkapnya sendiri. Kenapa Rasul Saw. menolong gembong kafir jahat yang sudah dilaknat oleh Allah Swt. dalam al-Quran ini?

Lalu bagaimana dengan doa Rasul Saw. pada penduduk Thaif yang melemparinya dan menganiayanya: “WAHAI Allah beri hidayah pada kaumku, sungguh mereka tidak mengerti.” Bagaimana Rasul Saw. mengatakan kepada kafir jahat itu “kaumku”?

Lalu bagaimana dengan kejadian perang Uhud saat panah besi menembus rahang beliau Saw. Dan Ibunda Agung Fathimah Ra. binti Rasul Saw. dan Sayyidina Ali Kw. membersihkan luka dan darah di wajah beliau Saw, dan Rasul Saw. malah sibuk menjaga agar darah tidak jatuh ke tanah dari wajah beliau Saw. Maka para sahabat berkata: “Wahai Rasulullah, biarkan dulu darah itu, kita benahi lukamu terlebih dahulu.” Rasul Saw. bersabda: “Demi Allah, jika ada setetes darah dari wajahku menyentuh bumi maka Allah akan menumpahkan adzab pada mereka.” (Fath al-Bari Syarh Shahih al-Bukhari).

Demikian Nabi Saw. menjaga musuh-musuhnya agar tidak terkena adzab dari Allah.

Lalu bagaimana dengan Nabi Saw. yang mendoakan orang Yahudi dengan doa beliau: “Yahdikumullah wayushlih Balukum” (semoga Allah memberi kalian petunjuk dan memperbaiki keadaan kalian).

Lalu bagaimana dengan perbuatan Nabi Saw. pada sahabatnya yang mencaci seorang munafik, lalu Rasul Saw. bertanya: “Kenapa kalian mencacinya munafik?” Para sahabat berkata: “Sungguh perbuatannya dan ucapannya adalah sebagaimana perbuatan kaum munafik.” Maka Rasul Saw. bersabda: “Jangan kalian mencacinya, sungguh Allah telah mengharamkan api neraka bagi mereka yang mengucap La Ilaha Illallah karena ingin mendapat ridha Allah.” (Shahih al-Bukhari).

Lalu bagaimana dengan seorang pemabuk yang dihukum lalu ia mabuk lagi, dihukum lagi, lalu mabuk lagi, maka Umar Ra. melaknatnya dan Rasul Saw. menghardik Umar Ra. dan bersabda: “Jangan kau caci ia, sungguh ia mencintai Allah dan RasulNya.” (Shahih al-Bukhari).

Lalu bagaimana dengan Abdullah bin Ubay bin Salul, gembong munafik di Madinah yang berhati kufur, berkedeok Islam, ia selalu mengabarkan rahasia Muslimin pada kuffar Quraisy. Jika Rasul Saw. berangkat berjihad maka ia berusaha menghalangi dengan kata-kata fitnah: ini musim panas, ini musim dagang, pasukan kuffar terlalu kuat, dlsb. Namun diam-diam ia kabarkan bahwa pasukan Muslimin berjumlah sekian, dan seluruh rahasia kepada kuffar Quraisy. Jika Rasul Saw. pulang selamat maka ia menyambut Nabi Saw. dengan sambutan hangat, menangis gembira, dan mohon ampunan karena tak ikut peperangan, namun ia tetap dalam kemunafikannya. Saat ia sakaratulmaut dan wafat maka Rasul Saw. datang menyolatinya, menguburkannya, dan anaknya yang juga bernama Abdullah adalah orang yang beriman, dan meminta baju Rasul Saw. untuk dikafankan pada ayahnya yang munafik itu. Rasul Saw. memberikannya, lalu turun ayat bahwa Allah tak akan mengampuni Abdullah bin Ubay bin Salul. Rasul Saw. berkata pada Umar Ra.: “Allah melarangku memohonkan pengampunan untuknya walau 70 kali kuistighfari pun dia tak akan diampuni Allah. Namun jika seandainya Allah akan mengampuninya jika kuistighfari lebih dari 70 kali, maka akan kuistighfari ia lebih dari 70 kali agar ia diampuni Allah. Namun aku mengetahui memang Allah tak mau memaafkannya.” (Shahih Bukhari)

Apakah Rasul Saw. salah? Siapa panutan para teroris ini?

Kita kenal Umar bin Khattab Ra., namun ia bukan pengecut yang suka sembunyi. Demikian pula Hamzah Ra. yang sengaja memakai tanda di dadanya berbeda dengan orang lain agar para kuffar tahu dan cepat mengenal bahwa ia adalah Hamzah, bukan sembunyi lalu menyerang dari belakang sebagaimana teroris ini.

Kalau teror ini ajaran Rasul Saw., maka saat Rasul Saw. masih sedikit di Makkah dan lemah, mestilah teror dilakukan untuk memerangi kuffar Quraisy. Namun Rasul Saw. malah memilih hijrah meninggalkan kampung halamannya. Apakah Rasul Saw. pengecut?

Bahkan salah seorang istri Rasul Saw. adalah Yahudi, dan istri Rasul Saw. pula seorang Nasrani yang keduanya telah masuk Islam. 

Bagaimana orang-orang non-Muslim itu akan masuk Islam? Bukankah dengan mengajarkan kedamaian Islam? Jika Muslimin meneror dan berbuat bengis terhadap kuffar, maka mustahil ada orang masuk Islam, bahkan orang Islam akan banyak yang murtad.

Demikian saudaraku yang kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu, semoga sukses dengan segala cita-cita. Wallahu a’lam.

Wallahu a'lam

Allahumma sholli 'ala Sayyidina Muhammad wa'ala alihi washobihi wasalim

Friday, December 4, 2015

Kewalian Kyai Hamid Pasuruan

  Terkuaknya Kewalian Kyai Hamid Pasuruan Dan Kisah Salamnya Kyai Hamid kepada ‘Wali Gila’ 
di Pasar Kendal

  Suatu ketika seorang Habib dari Kota Malang, ketika masih muda, yaitu Habib Baqir Mauladdawilah (sekarang beliau masih hidup), diijazahi sebuah doa oleh al-Ustadzul Imam Al-Habr al-Quthb al-Habib Abdulqadir bin Ahmad Bilfaqih, Habib Abdulqadir Bilfaqih berpesan kepada Habib Baqir untuk membaca doa tersebut ketika akan menemui seseorang agar tahu sejatinya orang tersebut siapa, orang atau bukan.

Suatu kesempatan datanglah Habib Baqir menemui seorang waliyullah di daerah Pasuruan, Jawa Timur, yang masyhur dengan nama Mbah Hamid Pasuruan.

Ketika itu di tempat Mbah Hamid banyak sekali orang yang sowan kepada beliau, meminta doa atau keperluan yang lain.

Setelah membaca doa yang di ijazahkan, Habib Baqir merasa kaget. Ternyata orang yang terlihat seperti Mbah Hamid sejatinya bukan Mbah Hamid.

Beliau mengatakan: “Ini bukan Mbah Hamid, ini adalah khodamnya. Mbah Hamid tidak ada di sini” Kemudian Habib Baqir mencari di manakah sebetulnya Mbah Hamid.

Setelah bertemu dengan Mbah Hamid yang asli, Habib Baqir bertanya kepada beliau: “Kyai, Kyai jangan begitu.”

Mbah Hamid menjawab: “Ada apa Bib?”

Habib Baqir kembali berkata: “Kasihan orang-orang yang meminta doa, itu doa bukan dari panjenengan, yang mendoakan itu khodam. Panjenengan di mana waktu itu?”

Mbah Hamid tidak menjawab, hanya diam. Namun Mbah Hamid pernah menceritakan masalah ini kepada Seorang Habib sepuh. Habib sepuh tersebut juga pernah bertanya kepada beliau,
Saat itu Habib sepuh tersebut bertanya: “Kyai Hamid, waktu banyak orang-orang meminta doa kepada njenengan, yang memberikan doa bukan njenengan, njenengan di mana. Kok tidak ada..?”

Jawab Mbah Hamid: “Hehehee.. ke sana sebentar”

Habib sepuh tersebut semakin penasaran: “Ke sana ke mana Kyai?”

Jawab Mbah Hamid: “Kalau njenengan pengen tahu, datanglah ke sini lagi.”

Singkat cerita, Habib sepuh tersebut kembali menemui Mbah Hamid, ingin tahu di mana tempat persembunyian beliau. Setelah bertemu, bertanyalah Habib sepuh tadi: “Di mana Kyai?”

Mbah Hamid tidak menjawab, hanya langsung memegang Habib sepuh tadi. Seketika itu, kagetlah Habib sepuh tadi, melihat suasana di sekitar mereka berubah menjadi bangunan Masjid yang sangat megah.

“Di mana ini Kyai?” Tanya Habib sepuh tadi.

“Monggo njenengan pirsani piyambek niki teng pundi” (Silakan habib lihat sendiri ini di mana) jawab Mbah Hamid.

Subhanalloh, ternyata Habib sepuh tadi dibawa oleh Mbah Hamid mendatangi Masjidil Haram.

Habib sepuh kembali bertanya kepada Kyai Hamid: “Kenapa njenengan memakai doa?”

Mbah Hamid kemudian menceritakan: “Saya sudah terlanjur terkenal, saya tidak ingin terkenal, tidak ingin muncul, hanya ingin asyik sendirian dengan Allah, saya sudah berusaha bersembunyi, bersembunyi di mana saja, tapi orang-orang selalu ramai datang kepadaku. Kemudian saya ikhtiar menggunakan doa ini, itu yang saya taruh di sana bukanlah khodam dari jin, melainkan Malakul Ardhi, Malaikat yang ada di bumi. Berkat doa ini, Allah Ta’ala menyerupakan malaikatNya dengan rupaku.”

Habib sepuh yang menyaksikan secara langsung peristiwa tersebut, sampai meninggalnya merahasiakan apa yang pernah dialaminya bersama Mbah Hamid, hanya sedikit yang diceritakan kepada keluarganya.

Lain waktu, ada tamu dari Kendal sowan kepada Mbah Hamid. Lantas Mbah Hamid menitipkan salam untuk si fulan bin fulan yang kesehariannya berada di Pasar Kendal, menitipkan salam untuk seorang yang dianggap gila oleh masyarakat Kendal. Fulan bin fulan kesehariannya berada di sekitar pasar dengan pakaian dan tingkah laku persis seperti orang gila, namun tidak pernah mengganggu orang-orang di sekitarnya.

Tamu tersebut bingung kenapa Mbah Hamid sampai menitip salam untuk orang yang dianggap gila oleh dirinya.
Tamu tersebut bertanya: “Bukankah orang tersebut adalah orang gila Kyai.?”

Kemudian Mbah Hamid menjawab: “Beliau adalah wali besar yang menjaga Kendal, rahmat Allah turun, bencana ditangkis, itu berkat beliau, sampaikan salamku.”

Kemudian setelah si tamu pulang ke Kendal, menunggu keadaan pasar sepi, dihampirilah “orang yang dianggap gila tersebut” yang ternyata Shohibul Wilayah Kendal.

“Assalamu’alaikum…” Sapa si tamu.

Wali tersebut memandang dengan tampang menakutkan layaknya orang gila sungguhan, kemudian keluarlah seuntai kata dari bibirnya dengan nada sangar: “Wa’alaikumussalam.. ada apa..!!!”

Dengan badan agak gemetar, si tamu memberanikan diri. Berkatalah ia: “Panjenengan dapat salam dari Kyai Hamid Pasuruan, Assalamu’alaikum…”

Tak beberapa lama, wali tersebut berkata: “Wa’alaikumussalam” dan berteriak dengan nada keras: “Kurang ajar si Hamid, aku berusaha bersembunyi dari manusia, agar tidak diketahui manusia, kok malah dibocor-bocorkan. Ya Allah, aku tidak sanggup, kini telah ada yang tahu siapa aku, aku mau pulang saja, gak sanggup aku hidup di dunia.”

Kemudian wali tersebut membaca 
sebuah doa, dan bibirnya mengucap: 
(“Laa Ilaaha Illallah Muhammadun Rasulullah…”)

Seketika itu langsung meninggallah sang Wali di hadapan orang yang diutus Mbah Hamid.

Subhanallah… begitulah para Walinya Allah, saking inginnya berasyik-asyikkan hanya dengan Allah sampai berusaha bersembunyi dari keduniawian, tak ingin ibadahnya diganggu oleh orang-orang ahli dunia, Bersembunyinya mereka memakai cara mereka masing-masing. Oleh karena itu janganlah kita su’udzon terhadap orang-orang di sekitar kita, jangan-jangan dia adalah seorang Wali yang “bersembunyi”.

Jadi ingat nasihat Maha Guru Al-Quthb Al-Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih: “Jadikanlah dirimu mendapat tempat di hati seorang Auliya.”

Semoga nama kita tertanam di hati para kekasih Allah, sehingga kita selalu mendapat nadzrah dari guru-guru kita, dibimbing ruh kita sampai terakhir kita menghirup udara dunia ini, Aamiin...

Monday, November 23, 2015

Manfaat Sholat Dhuha


   Assalamualaikum guys, Oke kali ini saya mau bahas tentang manfaat dari shoat dhuha kususnya bagi para pengusaha nih terutama (cita-cita saya tuh guys hehehe). Kemaren kan saya ngasih tutorial cara sholat dhuha yang benar nih, klik link “DISINI” aja kalo mau tau tata cara sholat dhuha nih hehe. Tulisan ini saya buat juga bukan menurut saya sendiri tapi berdasaran orang – orang yang sudah berpengalaman dan sudah membuktikannya
Pengusaha Yang Sukses Lewat Sholat Dhuha

Nah ini dia pengusaha yang sukses lewat sholat dhuha seperti, pengusaha internet marketing VSI dan E-miracle dan lain2nya + ustad juga yaitu Yusuf Mansur, lalu pengusaha keuangan yaitu Sandiaga Uno, lalu pengusaha ayam bakar mas mono yaitu Agus Pramono, lalu pengusaha pendidikan yaitu Ippho Santosa, lalu pengusaha pakaian yaitu Saptuari Sugiharto. Omset mereka naik pesat setelah rutin melaksanakan sholat dhuha dan memang omset mereka naik drastis pada usahanya.
Coba saja kamu cari pengusaha – pengusaha muda yang di atas lewat google, mereka tuh masih muda, sukses, dan suka berbagi loh, hebat yah kan wkwkwk. Oke kali ini di bawah saya akan menjelaskan tentang manfaat sholat dhuha menurut Al Quran dan Hadist agar kamu percaya bahwa Al Quran dan Hadist juga menyuru kita dhuha agar rejeki kita dicukupkan oleh Allah.
Manfaat Shalat Dhuha Menurut

Al Quran Dan Hadist

Abu Dzar r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Setiap tulang dan persendian badan dari kamu ada sedekahnya; setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap amar ma’ruf adalah sedekah, dan setiap nahi munkar adalah sedekah. Maka, yang dapat mencukupi hal itu hanyalah dua rakaat yang dilakukannya dari Shalat Dhuha.” (HR Ahmad, Muslim, dan Abu Dawud)
Abu Hurairah r.a. berkata, “Kekasihku, Muhammad Saw. Berwasiat kepadaku agar melakukan tiga hal: Berpuasa tiga hari pada setiap bulan(Hijriah, yaitu puasa putih atau Bidl, tanggal 13,14,15), dua rakaat shalat Dhuha, dan agar aku melakukan shalat Witir dulu sebelum tidur.” (HR Bukhari-Muslim)
Rasulullah Saw. bersabda: “Shalat Dhuha itu shalat orang yang kembali kepada Allah, setelah orang-orang mulai lupa dan sibuk bekerja, yaitu pada waktu anak-anak unta bangun karena panas tempat berbaringnya.” (HR Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Shalat Dhuha itu dapat mendatangkan rejeki dan menolak kefakiran. Dan tidak ada yang akan memelihara shalat Dhuha melainkan orang-orang yang bertaubat.”
(HR. Turmuzi dan Ibnu Majah, hadis hasan)
Didalam Surah Adh-Dhuha Allah swt bersumpah dengan waktu dhuha dan waktu malam: “Demi waktu matahari sepenggalahan naik, dan demi malam apabila telah sunyi.” (QS. 93:1-2). Pernahkah terlintas dalam benak kita mengapa Allah swt sampai bersumpah pada kedua waktu itu?. Beberapa ahli tafsir berpendapat bahwa kedua waktu itu adalah waktu yang utama paling dalam setiap harinya.
Sahabat Zaid bin Arqam ra ketika beliau melihat orang-orang yang sedang melaksanakan shalat dhuha: “Ingatlah, sesungguhnya mereka telah mengetahui bahwa shalat itu dilain sa’at ini lebih utama. Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: “Shalat dhuha itu (shalatul awwabin) shalat orang yang kembali kepada Allah, setelah orang-orang mulai lupa dan sibuk bekerja, yaitu pada waktu anak-anak unta bangun karena mulai panas tempat berbaringnya.” (HR Muslim)
Terus bagaimana tidak senang Allah dengan seorang hamba yang seperti ini, sebagaimana janjiNya: “Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah Kepada Allah
dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan. (QS. 5:35)

6 Keutamaan Sholat Dhuha Dalam Diri Manusia

Nah kita melaksanakan sholat dhuha tidak hanya sekedar menjadi orang kaya saja, tapi juga menjadi sehat dalam tubuh dan juga manfaat pahala guys.
Hadits Rasulullah Muhammad saw yang menceritakan tentang keutamaan shalat Dhuha, di antaranya:

1. Sedekah bagi seluruh persendian tubuh manusia
Dari Abu Dzar al-Ghifari ra, ia berkata bahwa Nabi Muahammad saw bersabda:
“Di setiap sendiri seorang dari kamu terdapat sedekah, setiap tasbih (ucapan subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (ucapan alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan lailahaillallah) adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, mencegah dari kemungkaran adalah sedekah. Dan dua rakaat Dhuha diberi pahala” (HR Muslim)

2. Ghanimah (keuntungan) yang besar
Dari Abdullah bin `Amr bin `Ash radhiyallahu `anhuma, ia berkata:
Rasulullah saw mengirim sebuah pasukan perang.
Nabi saw berkata: “Perolehlah keuntungan (ghanimah) dan cepatlah kembali!”.
Mereka akhirnya saling berbicara tentang dekatnya tujuan (tempat) perang dan banyaknya ghanimah (keuntungan) yang akan diperoleh dan cepat kembali (karena dekat jaraknya).
Lalu Rasulullah saw berkata; “Maukah kalian aku tunjukkan kepada tujuan paling dekat dari mereka (musuh yang akan diperangi), paling banyak ghanimah (keuntungan) nya dan cepat kembalinya?”
Mereka menjawab; “Ya!
Rasul saw berkata lagi:
“Barangsiapa yang berwudhu’, kemudian masuk ke dalam masjid untuk melakukan shalat Dhuha, dia lah yang paling dekat tujuanannya (tempat perangnya), lebih banyak ghanimahnya dan lebih cepat kembalinya.” (Shahih al-Targhib: 666)

3. Sebuah rumah di surga
Bagi yang rajin mengerjakan shalat Dhuha, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di dalam surga. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits Nabi Muahammad saw:
“Barangsiapa yang shalat Dhuha sebanyak empat rakaat dan empat rakaat sebelumnya, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di surga.” (Shahih al-Jami`: 634)

4. Memperoleh ganjaran di sore hari
Dari Abu Darda’ ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw berkata:
Allah ta`ala berkata: “Wahai anak Adam, shalatlah untuk-Ku empat rakaat dari awal hari, maka Aku akan mencukupi kebutuhanmu (ganjaran) pada sore harinya”
(Shahih al-Jami: 4339)
Dalam sebuah riwayat juga disebutkan: “Innallaa `azza wa jalla yaqulu: Yabna adama akfnini awwala al-nahar bi’arba`i raka`at ukfika bihinna akhira yaumika”
(Sesungguhnya Allah `Azza Wa Jalla berkata: “Wahai anak Adam, cukuplah bagi-Ku empat rakaat di awal hari, maka aku akan mencukupimu di sore harimu”).

5. Pahala Umrah
Dari Abu Umamah ra bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Barang siapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci untuk melaksanakan shalat wajib, maka pahalanya seperti seorang yang melaksanakan haji. Barang siapa yang keluar untuk melaksanakan shalat Dhuha, maka pahalanya seperti orang yang melaksanakan `umrah…” (Shahih al-Targhib: 673)
Dalam sebuah hadits yang lain disebutkan bahwa Nabi saw bersabda:
“Barang siapa yang mengerjakan shalat fajar (shubuh) berjamaah, kemudian ia (setelah usai) duduk mengingat Allah hingga terbit matahari, lalu ia shalat dua rakaat (Dhuha), ia mendapatkan pahala seperti pahala haji dan umrah; sempurna, sempurna, sempurna..” (Shahih al-Jami`: 6346)

6. Ampunan Dosa
“Siapa pun yang melaksanakan shalat dhuha dengan langgeng, akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak buih di lautan.” (HR Tirmidzi)

Sunday, November 8, 2015

SUNNAH RASULULLAH

SUNNAH NABI ITU EMANG SUPER

1. B.A.B duduk, beresiko tinggi terkena wasir/ambeien. BAB jongkok lebih bersih dan menyehatkan, dan yg terpenting itu adalah SUNNAH.

2. Kencing berdiri beresiko prostat dan batu ginjal. Kencing jongkok lebih bersih dan menyehatkan, dan yg terpenting itu adalah SUNNAH.

3. Enzim di tangan membantu makanan lebih mudah dicerna. Dibanding dengan besi, kayu, atau plastik, makan dengan tangan lebih bersih, fitrah dan menyehatkan, dan yg terpenting itu adalah SUNNAH.

4. Makan dan minum berdiri dpt mengganggu perncernaan. Dengan duduk lebih santun dan menyehatkan, dan yg terpenting itu adalah SUNNAH.

5. Makan di kursi, masih kurang menyehatkan. Dengan duduk di lantai, tubuh akan membagi perut menjadi 3 ruang: udara, makanan dan air, dan yg terpenting itu adalah SUNNAH.

6. Makan buah setelah makan (cuci mulut) kurang bagus bagi lambung, karena ada reaksi asam. Yang sehat adalah makan buah sebelum makan, membantu melicinkan saluran pencernaan dan membuatnya lebih siap, dan yg terpenting itu adalah SUNNAH.

7. Tidur tengkurep tidak bagus untuk kesehatan, bahkan itu tidurnya syetan. Tidur menghadap kanan lebih menyehatkan, dan yg terpenting itu adalah SUNNAH.

8. Banyak Rahasia Sunnah yg telah diteliti para pakar, dari segi hikmah, manfaat, dan kesehatan. Benarlah yg dikatakan: di balik sunnah ada kejayaan. Bagi kita, jika misalnya belum tahu manfaatnya, terus saja semangat mengikuti adab dan tuntunan Rasul. Manfaat itu efek samping, motivasi utamanya adalah mengikuti adab dan tuntunan Rasul.

9. Seorang dokter Eropa berkata: jika semua manusia mengamalkan 3 sunnah saja (sunnah makan, sunnah di Kamar Mandi, dan sunnah tidur), maka harusnya saya berhenti jadi dokter karena tidak ada pasien..
Subhanallah....

Cintailah sunnah Nabi, tidak hanya adab2 sehari tapi seluruh apa yang telah Rasul Allah tetapkan dalam agama Islam

Semoga Bermanfaat aminnn....

HABIB ANIS AL- HABSYI

"MENGENAL KEPRIBADIAN LUHUR Al-HABIB ANIS BIN ALWI AL-HABSYI"
( cucu oleh pengarang Maulid simthuddurrar Al-Qutb Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi )
Dua minggu pasca-Lebaran tahun 2006, umat muslim di Soloraya tersentak mendengar kabar duka. Seorang tokoh ulama panutan yang juga keturunan dari Rasulullah saw, Habib Anis Al-Habsyi dikabarkan telah menghadap ke rahmatullah. Menurut keterangan dari dokter, Habib Anis yang kala itu berusia 78 tahun, wafat karena penyakit jantung yang dideritanya.
Sontak, kabar tersebut membuat para murid dan pecinta beliau yang tersebar di penjuru dunia, bergegas untuk ikut memberikan penghormatan terakhir kepada sang guru. Kota Solo di hari wafat Habib Anis diserbu puluhan ribu pentakziah. Dengan diiringi tangisan dan air mata, mereka melepas kepergian cucu Muallif Simtuddurar tersebut.
Ya, kepergian Habib Anis memang patut menjadi duka bagi semua, khususnya kaum Aswaja di wilayah Soloraya. Hal ini sama dengan yang diungkapkan Habib Abdullah Al-Haddad ketika menyaksikan kepergian gurunya itu:
“Kami kehilangan kebaikan para guru kami ketika mereka meninggal dunia. Segala kegembiraan kami telah lenyap, tempat yang biasa mereka duduki telah kosong. Aku akan tetap menangisi mereka selama aku hidup dan aku rindu kepada mereka. Aku akan selalu kasmaran untuk menatap wajah mereka. Aku akan megupayakan hidupku semampukun untuk selalu mengikuti jalan hidup para guruku, menempuh jalan leluhurku.”
ANAK MUDA BERPAKAIAN TUA
Habib Anis lahir di Garut Jawa Barat pada tanggal 5 Mei 1928. Ayahnya, Habib Alwi, merupakan putera dari Habib Ali Al-Habsyi (Muallif Simtuddurar) yang hijrah dari Hadramaut Yaman ke Indonesia untuk berdakwah. Sedangkan ibunya bernama Khadijah. Ketika beliau berumur 9 tahun, keluarga beliau pindah ke Solo, sampai akhirnya menetap di kampung Gurawan, Pasar Kliwon Solo.
Sejak kecil, Habib Anis dididik oleh ayah sendiri, juga bersekolah di madrasah Ar-Ribathah, yang juga berada di samping sekolahannya. Habib Anis tumbuh menjadi seorang pemuda nan alim dan berakhlak luhur. Habib Ali Al-Habsyi, adik beliau menyebut kakaknya seperti “anak muda yang berpakaian tua”.
Tentang maqam ilmu dan akhlak yang dimiliki Habib Anis, salah satu cucunya yang bernama Muhammad bin Husain mengungkapkan sosok Habib Anis sebagai orang yang sangat mencintai ilmu.
“Ketika usia muda, beliau gemar sekali membaca buku. Tiap malam ketika istrinya tidur, beliau membaca kalam Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi (kakek Habib Anis) sampai beliau terkadang menangis ketika membaca untaian nasehat kakeknya. Ketika istrinya terbangun beliau langsung mengusap airmatanya supaya tidak terlihat oleh istrinya,” ujarnya.
Bahkan ketika usia sudah mulai tua, Habib Anis masih haus kepada ilmu. “Beliau pernah berencana untuk membeli laptop dan belajar mengetik untuk bisa mencatat ilmu yang didapatnya. Beliau juga berencana untuk datang pameran kitab di Mesir supaya bisa membeli kitab-kitab langka yang dijual disana,” imbuh Habib Muhammad.
Ditambahkan oleh Habib Muhammad, meskipun Habib Anis termasuk ahli ilmu, akan tetapi dia lebih dikenal dengan kemuliaan akhlaqnya. “Karena beliau selalu menampilkan akhlaq yang mulia, padahal keluasan ilmunya tidak diragukan lagi,” terangnya.
Akhlak Habib Anis, diantaranya tercermin dari sikap sumeh (murah senyum) dan dermawan yang dimilikinya. Ibu Nur Aini penjual warung angkringan depan Masjid Ar-Riyadh menuturkan, “Habib Anis itu bagi saya, orangnya sangat sabar, santun, ucapannya halus dan tidak pernah menyakiti hati orang lain, apalagi membuatnya marah,”
Seringkali menjelang Idul Fitri, Habib Anis memberikan sarung secara cuma-cuma kepada para tetangga, muslim maupun non muslim. “Beri mereka sarung meskipun saat ini mereka belum masuk islam. Insya Allah suatu saat nanti dia akan teringat dan masuk islam.” kata Habib Anis yang ditirukan Habib Hasan, salah seorang puteranya.
GURU PARA SYURIYAH
Menurut Habib Muhammad bin Husein, semasa hidupnya, Habib Anis mengabdikan untuk berdakwah dan bergelut dalam majelis ilmu. “Beliau punya pengajian setiap harinya saat ba'da dzuhur, kecuali Jumat dan Ahad, di kediaman beliau. Pernah, ketika istri beliau meninggal masyarakat datang untuk berta'ziyah. Namun begitu tiba waktunya pengajian, langsung beliau membuka kitabnya dan mulai membaca serta mengajar. Didalam rumah jenazah istrinya sedang dimandikan tapi beliau tetap istiqomah mengajar dan membimbing ummat,” terangnya.
Habib Anis juga dikenal sebagai pribadi yang istiqomah dalam segala hal, tentang keistiqomahan ini juga diakui oleh salah satu muridnya yang kini mengemban amanah sebagai Rais Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Sukoharjo, KH Ahmad Baidlowi.
“Dalam banyak hal, Habib Anis selalu tertata rapi, meskipun di banyak aktivitasnya sebagai imam sholat, pengajian, menerima tamu, membuka toko dan sebagainya,”
Dalam dakwahnya, Kiai Baidlowi menuturkan Habib Anis memiliki beberapa konsep, yang kesemuanya dapat dilihat langsung di Masjid Riyadh sampai sekarang. “Yakni, masjid sebagai tempat ibadah. Zawiyah, sebagai pusat ilmu dan toko sebagai media penggerak ekonomi,” ujarnya.
Terkait hal ini, Habib Anis sendiri pernah menyampaikan bahwa ada empat hal yang penting: “Pertama, kalau engkau ingin mengetahui diriku, lihatlah rumahku dan masjidku. Masjid ini tempat aku beribadah mengabdi kepada Allah. Kedua, zawiyah, di situlah aku menggembleng akhlak jama’ah sesuai akhlak Nabi Muhammad SAW. Ketiga, kusediakan buku-buku lengkap di perpustakaan, tempat untuk menuntut ilmu. Dan keempat, aku bangun bangunan megah. Di situ ada pertokoan, karena setiap muslim hendaknya bekerja. Hendaklah ia berusaha untuk mengembangkan dakwah Nabi Muhammad saw.
Ulama asal Pasuruan itu menambahkan, meskipun tidak pernah masuk dalam struktur NU di Solo, namun peranan Habib Anis atas kemajuan NU di wilayah Soloraya sangatlah besar. Beberapa muridnya bahkan kini menjadi Rais Syuriyah, diantaranya KH A. Baidlowi dan KH Abdul Aziz (Wonogiri).
Sebagai penerus kekhalifahan (imam) di Masjid Riyadh, Habib Anis meneruskan beerbagai kegiatan yang telah dirintis oleh para pendahulunya. Kegiatan seperti Haul Habib Ali Al-Habsyi, Khatmul Bukhari, dan Maulid yang terselenggara setiap malam Jumat selalu dihadiri oleh ratusan bahkan puluhan ribu jamaah dari berbagai daerah. Para ulama terkemuka, seperti Tuan Guru Zaini Abdul Ghani, Abuya Dimyati, Kiai Siraj dan lainnya, bahkan pernah hadir di Masjid Riyadh untuk mengikuti majelis ilmu yang dipimpin Habib Anis.
Sebagai seorang ulama, Habib Anis juga pernah berkeinginan untuk menulis kitab. Namun, hingga akhir hayat beliau belum berkesempatan untuk merealisasikannya. “Belum sempat menulis kitab, hanya berencana. tapi kedahuluan dijemput oleh Allah,” tutur Habib Muhammad.
Pada hari Senin, tanggal 6 November 2006 atau 14 Syawal 1427 H pukul 12.55 WIB, Habib Anis wafat di RS. Dr. Oen dalam usia 78 tahun. Beliau dimakamkan di sebelah makam ayahnya, yang terletak di sisi selatan Masjid Riyadh. Kini, meski telah wafat, hampir setiap hari makamnya dikunjungi para peziarah dan namanya juga senantiasa disebut setiap ada pembacaan kitab maulid Simtuddurar.
(Ajie Najmuddin)
Sumber:
Majalah Hidayah edisi 115, Maret 2011 hal.64-68
Wawancara Habib Muhammad bin Husein bin Anis, 28 Februari 2014.
Wawancara KH Ahmad Baidlowi di Masjid Riyadh Solo, 19 Februari 2014

Tuesday, November 3, 2015

CERITA MISTIS MBAH PRIOK


   Cerita Mistis Makam Mbah Priok (1)

Salah satunya adalah 'dihadangnya' pasukan Satpol PP oleh makhluk halus di makam Mbah Priok. Ceritanya sekitar pukul 10.30 WIB lebih dari seribu anggota Satpol PP sudah tiba di kompleks pemakaman Mbah Priok.
Begitu turun dari mobil, rombongan Satpol langsung bergerak menuju makam. Wush! Mereka berhasil melewati gerbang makam.
Tapi, saat akan melangkah menuju makam Mbah Priok, langkah mereka terhenti. Stop! Mereka tak dapat
melanjutkan langkah menuju. Padahal saat itu, mereka hanya berhadapan dengan sekitar 50 warga yang sejak pagi bertugas mengamankan makam.
"Saya yakin pasukan Satpol PP itu dihadang makhluk halus yang dikirim Allah untuk mengamankan makam," ujar seorang ustad yang biasa berziarah ke makam Mbah Priok.
Karena langkah pasukan Satpol PP yang jumlahnya ribuan itu terhenti, dan jumlah warga yang ada di situ hanya sekitar 50-an, maka tak ada perlawanan.
Warga pun kemudian pulang karena takut menghadapi petugas yang jumlahnya sangat tidak seimbang. Setelah warga pulang untuk makan siang dan sholat zuhur, lalu datang lagi dengan jumlah yang lebih banyak. Bentrokan pun tak dapat dihindari.
Kesaksian seorang ustad mengenai makhluk halus yang 'menghadang' Satpol PP ini diperkuat dengan fakta bawha usaha penggusuran makam Mbah Priok selalu gagal.
Ustad ini pun meyakini bahwa Allah akan membela warga dan ahli waris dalam mempertahankan makam Mbah Priok yang dikenal sebagai wali dan ulama.

   Cerita Mistis Makam Mbah Priok (2)

Sebenarnya jumlah Satpol PP yang bertugas mengamankan eksekusi lebih banyak daripada jumlah warga yang melakukan perlawanan.
Mereka jumlahnya ribuan dan dilengkapi dengan pentungan dan tameng.Tapi, jumlah korban yang tewas justru dari pihak Satpol PP.
Faktanya tiga orang yang menjadi korban jiwa justru dari pihak aparat. Seorang petugas Sapol mengaku heran dengan kekuatan yang dimiliki warga di sekitar makam Mbah Priok.
Dalam menghadapi aparat, masih menurut petugsa Satpol PP itu, warga tidak taku. "Seperti punya kekuatan gaib," ujar anggota Satpol. Larinya kencang, tidak punya rasa takut, dan panang menyerah.
Ia melihat banyak warga yang sudah dalam keadaan luka parah masih terus melakukan perlawanan. 'Belum pernah saya menghadapi orang seperti ini.
Biasanya kalau mereka sudah terluka dan menghadapi aparat dalam jumlah besar, langsung mundur. Ini tidak," lanjut anggota Satgas PP yang mengaku sudah bekerja selama 10 tahun menjadi satgas.
Seorang petugas Palang Merah Iindonesia (PMI) Jakarta Utara juga mengaku salut atas keberanian warga menghadapi petugas.
"Kalau menurut hitungan akal sehat tak mungkin warga bisa menghadapi aparat yang jumlahnya ribuan," papar petugas PMI yang tak bersedia disebutkan jatidirinya.
Benarkah warga di sekitar makam Mbah Priok memiliki tenaga gaib? Jawabannya bisa benar, bisa juga tidak.
Namun yang pasti, keberanian mereka melakukan perlawanan itu dirorong oleh rasa cinta mereka kepada almarhum Mbah Priok. Mbah Priok yang bernama lengkap Al Imam Al Arif Billah Sayyidina Al Habib Hasan bin Muhammad Al Haddad Husain Ass Syafi'i Sunnira ini diakui sebagai wali. Dan memang,
Mbah Priok amat berjasa dalam penyebaran agama Islam. Karenanya, makam Mbah Priok dianggap sebagai makam keramat.
Setiap hari ada saja yang datang untuk berziarah. Dan setiap diadakan acara khaul setahun sekali yang datang belasan ribu orang.
Bagi mereka mempertahankan eksistensi makam Mbah Priok adalah membela wali dan membela agama. Jika itu cara berpikirnya, apapun akan mereka hadapi.

   Cerita Mistis Makam Mbah Priok (3)

Kawiyan
Mbah Priok adalah sebutan bagi Habib Hasan Al Haddad. Ia adalah wali yang menyebarkan agama dari Palembang, Sumatera Utara sampai Jawa.
Ceritanya, dalam rangka menjalankan misi penyebaran agama Islam, Habib Hasan al Hadad pergi meninggalkan tanah Sumatera. Dengan menggunakan kapal laut, Habib Hasan Al Haddad bersama seorang temannya, menempuh perjalanan laut selama dua bulan.
Selama perjalanan di laut, Habib mendapatkan banyak rintangan. Salah satunya adalah dihadang armada Belanda yang bersenjatakan lengkap. Kapal Habib pun dihujani meriam. Namun, meriam milik pasukan Belanda itu tak satupun mengenai kapal Habib.
Selamat dari kejaran Belanda, kapal Habib ditabrak ombak besar. Semua perlengkapan di kapal hanyut bersama gelombang. Yang tersisa hanya alat penanak nasi dan beberapa liter beras yang berserakan.
Selanjutnya, ombak lebih besar datang menghantam lebih keras dan membuat kapal terbalik. Kedua ulama itu terseret hingga ombak.
Habib Hasan Al Haddad ditemukan warga dalam keadaan sudah meninggal. Di samping jenazah Habib terdapat periuk dan sebuah dayung. Warga memakamkan jenazah Habib Hasan tak jauh dari tempatnya ditemukan. Sebagai tanda, makam Habib diberi nisan berupa dayung, serta diletakkan periuk di sisi makam.
Al kisah, dayung yang dijadikan nisan itu tumbuh menjadi pohon 'tanjung'. Sedangkan periuk yang diletakkan di sisi makam terseret arus ombak hingga ke tengah laut. Selama tiga hingga empat tahun setelah pemakaman itu, warga melihat periuk yang terbawa ombak kembali menghampiri makam Mbah Priok.
Sebagian masyarakat meyakini nama daerah Tanjung Priok diambil dari cerita periuk dan tajung yang ada di makam Habib. Jika cerita mengenai nama Tanjung Priok boleh diperdebatkan, tetapi keberadaan jenazah Habib di situ semuanya sudah sepakat

Thursday, October 29, 2015

RASULULLAH MILIK ORANG YANG BERSHOLAWAT

   Rasulullah saw adalah milik orang yang bersholawat.. Diriwayatkan dari Rasulullah saw bahwa saat malam isra’ mi’raj, Allah SWT berfirman: “Bumi ini milik siapa wahai Muhammad ?
Beliau menjawab: “Milik-Mu wahai Tuhanku.

Kemudian Allah swt berfirman: “Lapisan-lapisan alam ini milik siapa wahai Muhammad ?
Beliau menjawab: “Miliki-Mu wahai Tuhanku .
Kemudian Allah swt berfirman: “Al-Kursi milik siapa wahai Muhammad ?
Beliau menjawab: Milik-Mu wahai Tuhanku.
Kemudian Allah swt berfirman: ”Engkau milik siapa wahai Muhammad ? maka pada saat itu Nabi saw bersujud.
Beliau malu untuk mengatakan sesuatu, maka Allah yang Maha Agung berfirman : “Engkau adalah milik orang yang bersholawat atas dirimu, maka bertambahlah kemuliaan dan keagungan Beliau.

Ya Rosulalloh.. Undhur ilaina..
Jika Nabi Musa diberi batu yang kemudian memancar air darinya sebab pukulan tongkatnya, maka lebih ajib lagi ketika jari manismu memancar air yang dibuat wudhu oleh ratusan Shohabatmu.
Jika Nabi Sulaiman diberi kuasa untuk mengendalikan angin, maka lebih ajib mana denganmu ketika engkau menaiki dan mengendalikan buroq sampai menembus langit ke 7

Ya Rosulallah .. andai saja engkau berdo’a sebgaimana do’a Nabi Nuh “Robbi jangan kau biarkan satupun orang kafir berkeliaran dibumi”, pasti kami semua hancur dan binasa. Padahal engkau telah dihina oleh kaummu, dilempar dengan kotoran,diusir dari tempatmu, bahkan pecah gigi gerahammu terkena lemparan ketika perang uhud, tapi engkau Ya Rosulallah.. engkau berdo’a “Allohumma ampunilah kaumku, sungguh mereka tidak tahu”
Ya Rosulalloh.. engkau orang yang dihormati para Raja dan Kaisar. Engkau manusia yg diperhitungkan oleh pembesar kaum kuffar. Tapi engkau memakai pakaian layaknya orang biasa, engkau memakai Shuf, engkau menaiki himar kendaraan yang hina bahkan ketika perang, engkau mendatangi orang-orang miskin, engkau menyenangkan mereka, engkau makan bersama mereka, engkau makan dengan meletakkan makanan dibawah dan menjilati jari-jarimu setelah selesai makan dengan ketawadhu’anmu.
Telah datang kepada kami bahwa engkau tak mau masuk kedalam surga sebelum engkau memastikan semua umatmu masuk kedalamnya..

Ya Rosulallah, ketika mimbar yang terbuat dari pelepah kurma yang selalu engkau pakai khutbah, kemudian diganti mimbar baru dan engkau meninggalkan mimbar lamamu itu tiba-tiba saja menangis tak henti dan didengar setiap orang.. mimbar itu baru diam ketika engkau menyentuhnya dengan lembut dan berjanji bahwa mimbar itu kelak bersamamu di surga..
Lalu tak pantaskah kami menangis rindu bertemu denganmu..?
Tak pantaskah kami menangis padahal kami belum jelas masuk tidaknya kedalam surga.. Amalan kami tak bisa diandalkan. Penuh ujub penuh riya’

ﻛﻴﻒ ﺣﺎﻟﻲ ﻳﺎﺣﺒﻴﺒﻲ • ﻟﻴﺲ ﻟﻲ ﺧﻴﺮ ﺍﻟﻌﻤﻞ
ﺳﻮﺀ ﺃﻋﻤﺎﻟﻲ ﻛﺜﻴﺮ • ﺯﺍﺩ ﻃﺎﻋﺘﻲ ﻗﻠﻴﻞ

Ya Habibi…
Man Ro’a Wajhaka yas’ad ya Karimal walidain..
Izinkan kami memandangmu walau hanya dalam mimpi

Tuesday, October 27, 2015

100 AKHLAK ROSULULLAH

  100 KEUTAMAAN ROSULULLAH SAW

Al-Imam Jakfar Shadiq RA berkata :
"Saya tidak ingin seseorang meninggal dunia sementara ia belum mengetahui sebagian perilaku Rasulullah Saw."

1. Ketika berjalan, beliau berjalan secara pelan-pelan dan wibawa.
2. Ketika berjalan, beliau tidak menyeret langkah kakinya.
3. Pandangan beliau selalu mengarah ke bawah.
4. Beliau senantiasa mengawali salam kepada siapa saja yang dilihatnya... tidak ada seorangpun yang mendahuluinya dalam mengucapkan salam.
5. Ketika menjabat tangan seseorang, beliau tidak pernah melepaskannya terlebih dahulu.
6. Beliau bergaul dengan masyarakat sedemikian rupa sehingga setiap orang berpikir bahwa dirinya adalah satu-satunya orang yang paling mulia di mata Rasulullah.
7. Bila memandang seseorang, beliau tidak memandang sinis bak pejabat pemerintah.
8. Beliau tidak pernah memelototi wajah seseorang.
9. Beliau senantiasa menggunakan tangan saat mengiyaratkan sesuatu dan tidak pernah mengisyaratkan dengan mata atau alis.
10. Beliau lebih banyak diam dan baru akan berbicara bila perlu.
11. Saat bercakap-cakap dengan seseorang, beliau mendengarkan dengan baik.
12. Senantiasa menghadap kepada orang yang berbicara dengannya.
13. Tidak pernah berdiri terlebih dahulu selama orang yang duduk bersamanya tidak ingin berdiri.
14. Tidak akan duduk dan berdiri dalam sebuah pertemuan melainkan dengan mengingat Allah.
15. Ketika masuk ke dalam sebuah pertemuan, beliau senantiasa duduk di tempat yang akhir dan dekat pintu, bukan di bagian depan.
16. Tidak menentukan satu tempat khusus untuk dirinya dan bahkan melarangnya.
17. Tidak pernah bersandar saat di hadapan masyarakat.
18. Kebanyakan duduknya menghadap kiblat.
19. Bila di hadapannya terjadi sesuatu yang tidak disukainya, beliau senantiasa mengabaikannya.
20. Bila seseorang melakukan kesalahan, beliau tidak pernah menyampaikannyakepada orang lain.
21. Tidak pernah mencela seseorang yang mengalami kesalahan bicara.
22. Tidak pernah berdebat dan berselisih dengan siapapun.
23. Tidak pernah memotong pembicaraan orang lain kecuali bila orang tersebut bicara sia-sia dan batil.
24. Senantiasa mengulang-ulangan jawabanya atas sebuah pertanyaan agar jawabannya tidak membingungkan pendengarnya.
25. Bila mendengar ucapan yang tidak baik dari seseorang, beliau tidak mengatakan mengapa si fulan berkata demikian, tapi beliau mengatakan, bagaimana mungkin sebagian orang mengatakan demikian?"
26. Banyak bergaul dengan fakir miskin dan makan bersama mereka.
27. Menerima undangan para abdi dan budak.
28. Senantiasa menerima hadiah, meski hanya seteguk susu.
29. Melakukan silaturahmi lebih dari yang lain.
30. Senantiasa berbuat baik kepada keluarganya tapi tidak melebihkan mereka dari yang lain.
31. Senantiasa memuji dan mendukung pekerjaan yang baik dan menilai buruk dan melarang perbuatan yang jelek.
32. Senantiasa menyampaikan hal-hal yang menyebabkan kebaikan agama dan dunia masyarakat kepada mereka dan berkali-kali mengatakan, "Orang-orang yang hadir hendaknya menyampaikan segala yang didengarnya kepada orang-orang yang tidak hadir."
33. Senantiasa menerima uzur orang-orang yang punya uzur.
34. Tidak pernah merendahkan seseorang.
35. Tidak pernah memaki atau memanggil seseorang dengan gelar yang jelek.
36. Tidak pernah mengutuk orang-orang sekitar dan familinya.
37. Tidak pernah mencari-cari aib orang lain.
38. Senantiasa menghindari kejahatan masyarakat, namun tidak pernah menghidar dari mereka dan beliau selalu bersikap baik kepada semua orang.
39. Tidak pernah mencaci masyarakat dan tidak banyak memuji mereka.
40. Senantiasa bersabar menghadapi kekurangajaran orang lain dan membalas kejelekan mereka dengan kebaikan.
41. Selalu menjenguk orang yang sakit, meski tempat tinggalnya dipinggiran Madinah yang sangat jauh.
42. Senantiasa menanyakan kabar dan keadaan para sahabatnya.
43. Senantiasa memanggil nama sahabat-sahabat
nya dengan panggilan yang terbaik.
44. Sering bermusyawarah dengan para sahabatnya dan menekankan untuk melakukannya.
45. Senantiasa duduk melingkar bersama para sahabatnya, sehingga bila ada orang yang baru datang, ia tidak bisa membedakan di antara mereka yang manakah Rasulullah.
46. Akrab dan dekat dengan para sahabatnya.
47. Beliau adalah orang yang paling setia dalam menepati janji.
48. Senantiasa memberikan sesuatu kepada fakir miskin dengan tangannya sendiri dan tidak pernah mewakilkannya kepada orang lain.
49. Bila sedang dalam shalat ada orang datang, beliau memendekkan shalatnya.
50. Bila sedang shalat ada anak kecil menangis, beliau memendekkan shalatnya.
51. Orang yang paling mulia di sisi beliau adalah orang yang paling banyak berbuat baik kepada orang lain.
52. Tidak ada seorangpun yang putus asa dari Rasulullah Saw. Beliau selalu mengatakan, "Sampaikan kebutuhan orang yang tidak bisa menyampaikan kebutuhannya kepada saya!"
53. Bila ada seseorang membutuhkan sesuatu kepada beliau, Rasulullah Saw pasti memenuhinya bila mampu, namun bila tidak mampu beliau menjawabnya dengan ucapan atau janji yang baik.
54. Tidak pernah menolak permintaan seseorang, kecuali permintaan untuk maksiat.
55. Beliau sangat menghormati orang tua dan menyayangi anak-anak.
56. Rasulullah Saw sangat menjaga perasaan orang-orang asing.
57. Beliau selalu menarik perhatian orang-orang jahat dan membuat mereka cenderung kepadanya dengan cara berbuat baik kepada mereka.
58. Beliau senantiasa tersenyum sementara pada saat yang sama beliau sangat takut kepada Allah.
59. Saat gembira, Rasulullah Saw memejamkan kedua matanya dan tidak banyak menunjukkan kegembiraannya.
60. Tertawanya kebanyakan berupa senyuman dan tidak pernah tertawa terbahak-bahak.
61. Beliau banyak bercanda namun tidak pernah mengeluarkan ucapan sia-sia atau batil karena bercanda.
62. Rasulullah Saw mengubah nama yang jelek dengan nama yang baik.
63. Kesabarannya mendahului kemarahannya.
64. Tidak sedih dan marah karena kehilangan dunia.
65. Saat marah karena Allah, tidak seoranpun yang akan mengenalnya.
66. Rasulullah Saw tidak pernah membalas dendam karena dirinya sendiri melainkan bila kebenaran terinjak-injak.
67. Tidak ada sifat yang paling dibenci oleh Rasulullah selain bohong.
68. Dalam kondisi senang atau susah tidak lain hanya menyebut nama Allah.
69. Beliau tidak pernah menyimpan Dirham maupun Dinar.
70. Dalam hal makanan dan pakaian tidak melebihi yang dimiliki oleh para pembantunya.
71. Duduk dan makan di atas tanah.
72. Tidur di atas tanah.
73. Menjahit sendiri pakaian dan sandalnya.
74. Memerah susu dan mengikat sendiri kaki ontanya.
75. Kendaraan apa saja yang siap untuknya, Rasulullah pasti mengendarainya dan tidak ada beda baginya.
76. Kemana saja pergi, beliau selalu beralaskan abanya sendiri.
77. Baju beliau lebih banyak berwarna putih.
78. Bila memakai baju baru, maka baju sebelumny pasti diberikan kepada fakir miskin.
79. Baju kebesarannya khusus dipakai untuk hari Jumat.
80. Ketika memakai baju dan sandal, beliau memulainya dari sebelah kanan.
81. Beliau menilai makruh rambut yang awut-awutan.
82. Senantiasa berbau harum dan kebanyakan pengeluarannya untuk minyak wangi.
83. Senantiasa dalam kondisi memiliki wudu dan setiap mengambil wudu pasti menyikat giginya.
84. Cahaya mata beliau adalah shalat. Beliau merasa menemukan ketenangan dan ketentraman saat shalat.
85. Beliau senantiasa berpuasa pada tanggal 13, 14 dan 15 setiap bulan.
86. Tidak pernah mencaci nikmat sama sekali.
87. Menganggap besar nikmat Allah yang sedikit.
88. Tidak pernah memuji makanan dan tidak juga mencelanya.
89. Memakan makanan apa saja yang dihidangkan kepadanya.
90. Di depan hidangan makanan beliau senantiasa makan makanan yang ada di depannya.
91. Di depan hidangan makanan, beliau yang paling duluan hadir dan paling akhir meninggalkannya.
92. Tidak akan makan sebelum lapar dan akan berhenti dari makan sebelum kenyang.
93. Tidak pernah makan dua model makanan.
94. Ketika makan tidak pernah sendawa.
95. Sebisa mungkin beliau tidak makan sendirian.
96. Mencuci kedua tangan setelah selesai makan kemudian mengusapkannya ke wajah.
97. Ketika minum, beliau meneguknya sebanyak 3 kali. Awalnya baca Bismillah dan akhirnya baca Alhamdulillah.
98. Rasulullah lebih memiliki rasa malu daripada gadis-gadis pingitan.
99. Bila ingin masuk rumah, beliau meminta izin sampai tiga kali.
100. Waktu di dalam rumah, beliau bagi menjadi tiga bagian : satu bagian untuk Allah, satu bagian untuk keluarga dan satu bagian lagi untuk dirinya sendiri. Sedangkan waktu untuk dirinya sendiri beliau bagi dengan masyarakat.

Wednesday, October 21, 2015

KEMURAHAN SYEIKH ABDUL QADIR AL JAILANI

   Kisah Kemurahan Hati Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani:

Sulton Aulia (Rajanya Para Aulia) Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Selain Memiliki Ilmu Agama yang dalam, karomah dari Allah dan terutama Hati yang bersih bebas dari kebencian

Suatu waktu ada seorang yang ingin bertamu ke rumah Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani, saat mendekati kediaman Beliau, orang itu melihat 40 ekor kuda yang semuanya memiliki pelana terbuat dari emas dan memakai kelambu surta, karena melihat hal tersebut orang tersebut tidak jadi bertamu ke rumah Syeikh Abdul Qadir AlJailani karena dalam pikirannya menganggap Beliau cinta dunia, lalu pindah haluan kerumah tentangga Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani yang merupakan seorang Ulama.

Keesokan hari orang tersebut pulang ke rumahnya dan selang beberapa bulan orang tersebut menderita penyakit, setelah ke para tabib atau Ulama hikmah, obatnya adalah hati kuda yang ciri cirinya menunjukan kuda kepunyaan Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani yang dia lihat waktu lalu.

Orang tersebut malu untuk bertemu dengan Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani karena sempat berfikiran buruk keapda Beliau, para ulama yang lain mengetahui bahwa Syaikh Abdul Qadir Aljailani memiliki sifat dermawan dan penyayang. Atas saran tersebut maka para Tabib berserta orang tersebut menuju ke rumah Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani.

Saat sampai orang tersebut ke kediaman sebelum terucap satu patah katapun secara langsung Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani berkata: "Saya sengaja memelihara 40 kuda itu untuk obat mu dan pelana kuda yang terbuat dari emas tersebut untuk bayaran para tabib"

"Akhirnya setiap harinya disemblihlah kuda tersebut dan hatinya diambil sebagai obat bagi orang tersebut, dan terus berlanjut sampai 40 kudanya habis dan orang tersebut sembuh total."

Setelah itu Mursyid saya tersebut berkata:

Jangan suudzon kepada wali Allah dan karena para Wali Allah tersebut memiliki hati yang bersih dan rasa kasih sayang yang kuat (bebas dari semua prasangka buruk kita)

Wallahu a'lam

Allahumma sholli 'ala Sayyidina Muhammad wa'ala alihi washobihi wasalim

55 AMALAN SUNNAH RASULULLAH

55 AMALAN SUNNAH RASULULLAH

1. PANDANGAN MATA
Pandangan mata adalah anak panah iblis. Lihat bukan muhrim sekali saja. Lihat kali kedua akan hilang nikmat ibadah 40 hari. Tiada kusyuk.

2 MAKAN GARAM
Celup jari kelingking dalam garam, menghisapnya sebelum dan selepas makan. Garam adalah penawar paling mujarab keracunan dan boleh menghalang sihir.

3. MINUM TANGAN KANAN
Sentiasa minum memegang gelas dengan tangan kanan. Iblis minum dengan tangan kiri.

4. SESAAT DI JALAN ALLAH
Sesaat berdiri di jalan Allah lebih baik dari solat di depan hajarul aswad pada malam Qadar walaupun hanya sekadar "hai kawan ayuhlah kita solat"

5. LANGKAH KANAN
Masuk masjid kaki kanan, keluar kaki kiri. Masuk rumah kaki kanan, keluar rumah kaki kiri. Masuk tandas kaki kiri, keluar kaki kanan.

6. MAKAN TIGA JARI
Nabi s.a.w makan kurma dengan 3 jari iatu jari ibu, telunjuk dan hantu. Kita makan nasi kalau susah bolehlah dengan 3 suapan pertama ikut sunnah.

7. JAMINAN ALLAH
3 orang mendapat jaminan Allah iaitu orang yang memberi salam sebelum masuk rumah, orang yang keluar ke masjid dan orang yang keluar ke jalan Allah.

8. GUNTING BULU
Apabila lelaki dan perempuan tidak menggunting, mengemas bulu kemaluan dan ketiak selama 40 hari, maka iblis akan bersarang dan berbuai di situ.

9. JANGAN BERSIUL
Jangan bersiul kerana sewaktu mula-mula dibuang ke dunia, iblis mengembara sambil bersiul-siul dan orang yang bersiul itu adalah penghibur iblis.

10. CARA POTONG KUKU TANGAN
Mula dari jari telunjuk yang kanan terus ke kanan sampai kelingking kanan, disambung dari kelingking kiri ke ibu jari kiri hingga ibu jari kanan.

11. CARA POTONG KUKU KAKI
Mula dari kelingking kanan ke sebelah kiri sampai kelingking sebelah kiri.

12. PANJANG LENGAN BAJU
Panjang lengan baju Rasulullah SAW adalah hanya sampai pergelangan tangan sahaja.

13. PAKAIAN KESUKAAN
Pakaian kesukaan Rasulullah SAW adalah gamis iaitu baju labuh atau kurta.

14. BERSIWAK
Jika didahului dengan bersiwak (bersugi), satu kali anda bertasbih maka Allah hitung 70 kali bertasbih. Jika bersolat akan dihitung 70 kali solat.

15. DOA DALAM SUJUD
Saat yang paling hampir antara seseorang hamba dengan Tuhannya ialah ketika bersujud kerana itu hendaklah kamu memperbanyakkan doa di dalamnya.

16. ADAB DI TANDAS
Masuk tandas kaki kiri, pakai alas kaki dan tutup kepala.

17. ADAB MAKAN
Hendaknya menghindarkan diri dari kenyang yang melampaui batas. Sepertiga makanan, sepertiga minuman dan sepertiga lagi untuk bernafas.

18. TIGA JENIS ORANG
3 jenis orang yang tidak akan dipandang oleh Allah SWT pada hari kiamat iaitu orang tua penzina, Raja yang berdusta, orang miskin yang sombong.

19. PAKAI MINYAK WANGI
Memakai minyak wangi adalah Sunnah maka pakailah terutama ketika hendak bersolat, ke masjid atau ke mana sahaja.

20. AMBIL WUDUK SEBELUM TIDUR
Gosok gigi dan ambil wuduk sebelum tidur malam kerana menjadi amalan yang sangat dirahmati dan menghindar gangguan iblis dan syaitan.

21. CINCIN PERAK
Pakai cincin perak di kelingking kanan atau kiri. Akan mendapat pahala Sunnah berterusan selama memakainya.

22. SOLAT FARDHU DI MASJID
Nabi SAW tidak pernah solat fardhu di rumah. Setiap langkah kanan ke masjid akan diangkat satu darjat dan langkah kiri akan dihapus satu dosa.

23. PAKAI CELAK
Gunakan celak ismid (dari galian) kerana ia menguatkan penglihatan dan menumbuhkan bulu mata. Setiap malam dicalit tiga kali pada mata kanan dan kiri.

24. PANJANG PAKAIAN
Panjang pakaian , jubah atau seluar seorang muslim adalah antara setengah betis dan tidak melebihi buku lali .

25. SOLAT FARDHU BERJEMAAH
Solat fardhu berjemaah di masjid dibayar 27 kali lipat dari solat sendirian di rumah. Jika anda waras dan sempurna akal, di manakah anda akan solat?

26. MENGUAP
Menguap adalah dari syaitan. Bila rasa hendak menguap, tahanlah atau tutuplah mulut dengan belakang tangan kerana syaitan akan masuk melalui mulut.

27. MENYIMPAN JANGGUT
Memotong misai dan menyimpan janggut. Lebih afdal dengan jambang sekali. Diberi pahala amal berterusan selama menyimpannya.

28. JANGAN MENGHADAP KIBLAT KETIKA BUANG AIR
Jangan menghadap / membel
akang Kiblat ketika buang air kecil / besar. Dibolehkan bila dalam bangunan, itupun kalau terpaksa.

29. WARNA PAKAIAN RASULULLAH
Disunatkan memakai pakaian berwarna putih kerana Rasulullah SAW menyukai pakaian berwarna putih.

30. POSISI TIDUR
Posisi tidur yang dianjurkan ialah mengereng di atas rusuk kanan, muka dan badan mengadap kiblat dan tapak tangan kanan di bawah pipi.

31. MINUM LEPAS MAKAN
Lepas makan nasi jangan terus minum. Tunggu sebentar anggaran selama berjalan 40 langkah barulah minum.

32. TIDUR SEBELUM ZOHOR
Tidur sebentar sebelum Zohor kerana ianya membantu ibadah di malam hari dan bangun sebelum gelincir matahari untuk solat Zohor.

33. BERDIRI HORMAT
Rasulullah SAW membenci perbuatan orang bangun dari tempat duduk dan berdiri memberi hormat apabila baginda lalu atau masuk ke suatu majlis.

34. PAKAIAN BERWARNA
Dilarang memakai pakaian warna kuning kemerahan seperti yang dipakai oleh sami Hindu / Buddha khususnya bagi lelaki.

35. MAKAN DENGAN ORANG MISKIN
Rasulullah SAW suka memberi makan atau makan bersama orang miskin. Jika kita makan bersama orang miskin, hendaklah kita mendahulukan mereka.

36. MENU RASULULLAH
Rasulullah SAW membuka menu sarapannya dengan segelas air sejuk yang dicampur dengan sesendok madu asli.

37. PEMBERIAN YANG TIDAK BOLEH DITOLAK
Ada 3 pemberian yang tidak boleh ditolak iaitu bantal, minyak wangi dan susu.

38. KETAWA RASULULLAH
Ketawa Rasulullah SAW hanyalah senyuman.

39. MINUMAN RASULULLAH
Minuman yang paling disukai oleh Rasulullah SAW adalah minuman yang manis dan dingin.

40. HISAP AIR DALAM HIDUNG
Ketika membersihkan diri setelah bangun tidur jangan lupa menghisap air ke dalam hidung 3x kerana syaitan bermalam dalam lubang hidung.

41. BERI MAKAN ANAK YATIM
Nabi SAW suka memberi makan anak yatim. Sesiapa yang duduk makan bersama anak yatim dalam satu bekas, syaitan tidak akan menghampiri bekas tersebut.

42. LARANGAN PAKAI CINCIN
Dilarang memakai cincin di jari telunjuk dan jari tengah.

43. BANGUN TIDUR
Nabi SAW bangun tidur lalu duduk seraya mengusap muka dengan telapak tangan agar hilang ngantuknya dan membaca doa bangun tidur.

44. KONGSI MAKANAN
Jangan kedekut berkongsi makanan. Nabi SAW suka makan makanan yang banyak tangan memakannya.

45. 4 RAKAAT SEBELUM ZOHOR
Solat 4 rakaat setelah gelincir matahari sebelum zohor. Saat itu pintu langit dibuka untuk menerima amal soleh dan tertutup ketika solat zohor.

46. ISTIGHFAR
Nabi SAW beristighfar kepada Allah mohon keampunan dosa dan bertaubat setiap hari lebih dari 70 kali.

47. JANGAN MENCACI MAKANAN
Jangan mencaci makanan. Jika suka, makanlah , jika tidak suka biarkan sahaja.

48. APABILA BERTAMU
Apabila bertamu, jangan berdiri memberi salam di depan muka pintu tetapi dari sisi agar terpelihara pandangan dari melihat terus ke dalam rumah.

49. JAWAB SALAM DALAM TANDAS
Tidak diperkenan menjawab salam ketika di dalam tandas kerana ada lafaz Allah dalam kalimah jawab salam. Cukup dengan berdehem atau isyarat suara.

50. MAKANAN PANAS
Rasulullah SAW melarang meniup makanan panas. Hendaklah biarkan sejuk sedikit hingga mudah untuk dimakan.

51. GILIRAN MINUM
Jika berkongsi minum dalam satu bekas atau botol, hendaklah memberi giliran minum yang berikut kepada orang yang di sebelah kanan.

52. 3 AMAL
Nabi SAW menasihati jangan meninggalkan 3 amal iaitu puasa 3 hari sebulan (afdal 13,14,15 hb Hijrah), solat Dhuha dan solat sunat Witir.

53. JANGAN TIDUR MENIARAP
Jangan tidur meniarap kerana ia adalah posisi tidur ahli neraka dan yang dibenci Allah.

54. CARA PEGANG MISWAK
Miswak dipegang dalam keadaan jari kelingking dan ibu jari di bawah miswak dan jari lain di bahagian atas.

55. DUA RAKAAT SEBELUM SUBUH
Dua rakaat sunat sebelum solat fardhu Subuh itu adalah lebih baik dari dunia dan segala isinya....

Sebarkan...spya lbh ramai lg yg mengamalkn sunnah.

MENJELANG WAFATNYA HABIB ALI KWITANG

    Al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi (Habib Ali Kwitang) sebelum akhir hayatnya pada tahun 1968 mengalami pingsan selama kurang lebih 40 hari. Beliau hanya berbaring di tempat tidurnya tanpa sadarkan diri. Dalam keadaan itu beliau senantiasa disuapi air zamzam oleh putranya sebagai pengganti makanan yang masuk ke dalam tubuhnya.

40 hari kemudian, akhirnya Habib Ali al-Habsyi mulai sadar. Dipanggillah putranya: “Ya Muhammad, antar Abah ke hammam (kamar mandi) untuk bersih-bersih diri.”

Mendengar ucapan ayahandanya seperti itu, Habib Muhammad merasa sangat senang karena ayahnya sudah berangsur sembuh. Diantarlah ayahnya oleh Habib Muhammad ke kamar mandi untuk bersih-bersih diri.

Usai Habib Ali al-Habsyi mandi dan berwudhu, beliau duduk di tempat tidurnya dan meminta dipakaikan pakaian kebesarannya yaitu jubah, imamah dan rida’nya. Lalu beliau meminta putranya untuk membacakan qashidah “Jadad Sulaima” yang menjadi kegemaran beliau. Qashidah tersebut adalah karangan guru beliau, yaitu al-Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi (Shahib Simthud Durar). “Ya Muhammad, aku lihat Rasulullah sudah hadir. Bacalah qashidah Jadad Sulaima. Lekaslah baca, ayo Bismillah!”

Mendengar ucapan ayahnya, segera Habib Muhammad membacakan qashidah tersebut sambil menangis dan tidak mampu menyelesaikan qashidah tersebut. Akhirnya yang melanjutkan qashidahnya adalah Habib Husein bin Thaha al-Haddad (ayah dari Kak Diding al-Haddad).

Setelah selesai pembacaan qashidah tersebut, Habib Ali al-Habsyi berkata: “Ya Muhammad, hari apakah ini?”

Habib Muhammad menjawab: “Hari Ahad ya Abah. Jamaah sudah penuh hadir di Majelis.”

Kemudian Habib Ali al-Habsyi kembali berkata: “Ya Muhammad, kirimkan salamku pada seluruh jamaah. Dan pintakan maaf atas diriku pada seluruh jamaah. Pintakan maaf untukku pada mereka. Sesungguhnya diri ini tidak lama lagi, karena sudah datang Rasulullah dan datuk-datuk kita.”

Dengan perasaan sedih yang mendalam, Habib Muhammad pun akhirnya menyampaikan pesan ayahnya pada semua jamaah yang hadir di Majelis Ta’lim Kwitang hari Minggu pagi itu. Tidak lama setelah itu, Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi menghembuskan nafasnya yang terakhir. Sebelum wafatnya, beliau mengajak kepada yang berada di sekitarnya untuk membaca talqin dzikir “La Ilaha Illallah”.

Semua yang hadir, termasuk Habib Ali bin Husein Alattas (Habib Ali Bungur), Habib Salim bin Ahmad bin Jindan, dan para keluarga mengikuti ucapan Habib Ali al-Habsyi yang semakin lama semakin perlahan hingga hembusan nafasnya yang terakhir kali.

Akhirnya al-Habib Ali al-Habsyi wafat di pangkuan al-Habib Ali bin Husein Alattas dalam keadaan berpakaian kebesarannya. Al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi lahir di Jakarta pada hari Ahad 20 Jumadil Ula 1286 H/20 April 1870 M, dan wafat hari Ahad 20 Rajab 1388 H/13 Oktober 1968 M.

(Sumber : Khadim MT Kwitang yang beliau dapatkan dari Alm. al-Habib Muhammad bin Ali al-Habsyi)

RIWAYAT HABIB UMAR BIN HAFIDZ

Habib Umar bin Hafidz dari waktu ke waktu

* 1972 : Beliau hanyalah seorang anak yatim berusia 9 tahun yang baru saja kehilangan ayah dan pendidik utamanya (Habib muhammad bin Salim) yang diculik dan dibunuh oleh rezim komunis yang berkuasa di Yaman Selatan kala itu, usai wafat sang ayah, beliau dan ibunya seringkali tidak makan berhari-hari karena tidak ada lagi yang menafkahi, dunia tidak bersahabat dengannya.

* 1981 : Pemerintah komunis penjajah yang berkuasa di Yaman semakin menjadi, mereka membunuh dan menyiksa para ulama, menutup rubat-rubat dan madrasah serta melarang semua hal yg berbau islam, keluarganya khawatir beliau akan bernasib sama seperti ayahnya, akhirnya ia terpaksa ''dilarikan'' ke kota Baidha, Yaman utara, selama 11 tahun beliau belajar,mengajar dan menikah di kota itu, setelah menikah beliau tinggal di sebuah rumah kecil dgn 3 ruangan(kamar,dapur,­dan toilet), beliau pun terpaksa ''mengungsi'' di dapur ketika teman-teman istrinya datang bertamu, dunia masih enggan bersahabat dengannya

* 1992 : Beliau kembali lagi ke kota Tarim bersama istri dan anaknya, karena belum punya tempat tinggal, beliau menumpang di rumah kakaknya AlHabib Ali Masyhur (Mufti Tarim saat ini), anaknya menceritakan keadaan saat itu :

''Kami tinggal dikamar yang sangat sempit, hanya cukup untuk 3 orang,aku,abahku dan ibuku, begitu sempitnya sampai-sampai abahku harus sholat tahajjud di jalan antara kamar dan toilet..ketika kami pindah ke rumah baru di kawasan ‘Aidid, aku seakan-akan baru masuk surga..''

* 1994 : Beliau mulai memiliki beberapa murid dari Yaman dan Indonesia, setiap selesai sholat subuh beliau harus menyetir mobil dari tarim ke kota Seiwun (sekitar 30 km dari Kota Tarim) guna membeli sarapan pagi untuk murid-muridnya, beliau dan keluarganya seringkali memakan sisa roti atau nasi murid-muridnya, karena dirumahnya tidak dijumpai makanan sama sekali), bahkan di hari raya beliau dan keluarga hanya bisa memakan sebungkus biscuit (padahal semisikin-miskinnya orng sini masih bisa makan daging waktu lebaran),waktu itu,ia hanya berkata pada anak-anaknya :
''Apakah ada yg kurang dari hidup kita meski kita cuma memakan biskuit di hari raya.. ?''

* 2015 : ketika banyak mata di dunia tertuju kepadanya, ketika semua bibir berebut mencium tangannya, ketika semua telinga menunggu setiap apa yg keluar dari lisannya, mereka mungkin tidak tahu bahwa beliau dulu adalah seorang anak yatim yang sempat ''diragukan'' masa depannya,.
Seluruh yang didapatkan Habib Umar saat ini adalah buah dari ketulusan,kesabaran dan keteguhan beliau dalam mengarungi kehidupan.
Habib Ali AlJufri salah seorang murid senior beliau pernah berkata :

''Habib Umar adalah contoh dari seorang yang tidak pernah menyerah pada kehidupan, sepahit apapun cobaan hidup yg ia rasakan..''
Demikianlah secuil perjalanan hidup guru mulia Habib Umar bin Hafidz yang penuh makna dan pelajaran, kini kota Jakarta bersiap menyambut kedatangannya. Jangan lewatkan mata ini memandang orang yang sangat beruntung didunia dan akhirat
Hafidzallah Habib Umar bin Hafidz

*Cerita ini dikumpulkan dari sumber antara lain, Habib Ali AlJufri, Sayyid Salim bin Umar, Syeikh Fahmi Ubaidun dan asatidz Darul Musthafa lainnya

LIDAH DIPOTONG KARENA MEMUJI RASULULLAH

   Dalam riwayat yang Tsiqah (kuat) bahwa
pada beberapa waktu yang lalu Syaikh Farazdaq
orang yang selalu memuji Rasulallah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ia terus menerus memuji Rasul, kalau kita sekarang pujian-pujian itu
seperti qasidah, maka setiap tahun dia selalu
datang ke maqam Rasul di Masjid Nabawy dan
membaca syair-syair pujian kepada
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan setelah itu pulang,
setiap tahunnya seperti itu. Dan
setelah beberapa tahun datanglah seseorang
menegurnya dan mengundangnya makan malam ke rumahnya. Di Negara-negara
timur tengah Merupakan hal yang biasa jika ada orang asing di kampung mereka kemudian di undang ke rumah mereka untuk makan
bersama,itu adalah hal yang umum disana. Maka
Farazdaq sampailah di suatu tempat diluar kota Madinah dan masuklah ia ke dalam
sebuah rumah besar,kemudian ia dipegangi oleh
beberapa pengawal orang yang mengundangnya, dan orang yang mengundang ituberkata: “aku benci jika engkau memuji Rasulullah, sekarang
akan aku gunting lidahmu agar kau tidak bisa lagi membaca syair untuk memujiRasul, maka ia pun memaksanya dan mengeluarkan lidahnya dan menggunting lidah Farazdaq dan melepaskannya dan memberikan lidah itu
kepada Farazdaq kemudian menyuruhnya pergi .
Maka Farazdaq pergi dan menangis
menahan sakit bathin dan sakit zhahirnya,
Sakit zhahirnya bagaimana rasa sakit
jika lidah digunting,dan sakit bathinnya karena ia
tidak bisa lagi membaca syair untuk memuji Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam .Sebagaimana biasa maka ia pun pergi ke makam Rasulullah dan ia bersandar di hadrah
as syarif di dalam masjid nabawy, dan
ia berkata di dalam doanya: “Wahai
Allah, kalau shahibul maqam ini (Rasulullah) memang benci dengan perbuatanku ini maka
biarkan aku agar tidak lagi memujinya,
tetapi jika Engkau meridhai dan shahibul
maqam ini (Rasulullah) senang jika aku terus
memujinya dengan syair maka sembuhkanlah
aku”, maka ia pun dalam tangisnya
tertidur dan didalam tidurnya ia
bermimpi Rasulullah shallallahu ‘alihi
wasallam berhadapan dengannya dan
berkata: “mana lidahmu yang
digunting oleh orang itu? kemudian
diambil oleh Rasul dan beliau berkata: “buka
mulutmu” dan dikembalikan ke mulutnya dan Rasul berkata: “aku
gembira dengan perbuatanmu, maka teruskanlah
dakwahmu dan syairmu”, maka ia terbangun dan ia dapati lidahnya telah kembali
pada posisinya.Kemudian di tahun berikutnya syaikh Farazdaq kembali lagi
ke maqam Rasul dan memujinya
sebagaimana biasa ia lakukan tiap tahun,
dan ada lagi orang yang
mengundang untuk makan malam dirumahnya dan ia pun menerima undangan
itu dan ia pun dibawa kerumahnya, ketika dilihat rumah itu adalah rumah yang tahun lalu pernah ia datangi, maka syaikh Farazdaq tidak mau
masuk, maka orang itu berkata: “aku ingin kau masuk,kau jangan risau aku tau kau adalah orang yang baik dan kau lihat aku adalah orang yang
jujur”, maka Syaikh Farazdaq
masuk dan dilihat didalam rumah itu ada
sebuah penjara dari besi dan di dalamnya
ada seekor kera(monyet) besar dan kera itu terus
memandangi dan mengamuk melihat syaikh Farazdaq,maka berkatalah orang yang mengundang syaikh Farazdaq: “Wahai
syaikh taukah engkau siapa yang di
dalam kerangka besi itu?”, maka Farazdaq
menjawab: “itu kera“, maka lelaki itu berkata: “itu ayahku yang dulu setahun yang lalu
menggunting lidahmu, setelah ia melakukan itu maka Allah merubahnya menjadi seekor kera, wahai syaikh tolong doakan ayahku itu
supaya diampuni Allah dan diwafatkan, kasian karena dia telah berubah menjadi
kera”, maka Syaikh Farazdaq menangis dan
mendoakannya dan wafatlah seekor kera
itu.

Majelis Rasulallah shallallahu alaihi wassalam

KAROMAH AS SAYYID MUHAMMAD BIN ALWI AL MALIKI 2

Karomah As Sayyid Muhammad Bin Alawi Al Maliki Al Hasani – Makkah

   Al Imam As Sayyid Muhammad Al Maliki adalah salah satu dari mereka yang dicintai oleh Allah SWT, diangkat kedudukannya di sisi-Nya dan disisi makhluk-Nya sehingga beliau dicintai oleh umat ini. Beliau adalah salah satu kekasih Allah (wali Allah) yang dengannya Allah merahmati dan menjaga umat ini.
Banyak diriwayatkan tentang karomah beliau terutama oleh orang-orang yang dekat dengan beliau atau melihatnya secara langsung.
Salah satu murid beliau dari Indonesia, istrinya hamil tetapi keguguran. Maka dia mengadukan hal tersebut kepada beliau. Kemudian beliau mengambil rida’nya (serban yang diletakkan di atas pundak) lalu memerintahkan murid tadi untuk mengikatkannya di perut istrinya. Setelah itu ternyata istrinya tidak pernah keguguran dan Alhamdulillah melahirkan seorang anak laki-laki.
Ketika tiba musim haji, sebagaimana biasa rumah dan majlis beliau menjadi tempat berlabuhnya para jamaah haji. Di antara mereka ada yang datang memang menghadiri majlis ta’lim beliau, ada juga yang datang sekedar untuk mendapat keberkahan dengan memandang wajah beliau. Mereka yang datang dari berbagai penjuru dengan status masing-masing telah mendapat bagian dari majlis yang mulia itu.
Bahkan sudah menjadi maklum bahwa mereka yang datang ke tempat beliau akan mendapat hadiah tertentu, entah itu kitab atau bahkan uang.
Nah, ketika itu ada salah satu jamaah yang hadir melihat betapa banyak yang beliau keluarkan untuk menjamu dan menyenangkan para tamunya itu. Sehingga terbesit di hatinya, “Dari mana Sayyid Muhammad mendapatkan ini semua?”.
Tidak berapa lama beliau memanggil salah satu muridnyadan mengatakan kepadanya, “Katakan kepada orang itu (sambil memberi isyarat kepada orang yang dimaksud), jangan bertanya darimana aku memdapatkan ini semua, tapi tanyakanlah sudah kemana aku keluarkan!”. Rupanya beliau mengetahui apa yang terbesit di hati orang tersebut.
Dan termasuk karomah beliau, setiap akan ziaroh ke kota Al madinah Al Munawwarah selalu dengan isyarah dari Nabi Muhammad SAW melalui mimpi beliau atau salah satu dari muridnya. Dan seringkali beliau berziaroh kepada Rasulullah SAW karena mendapat perintah atau isyarah dari Rasulullah SAW sendiri.
Demikian hal (keadaan) hamba yang dicintai oleh Rasulullah, beliau SAW senantiasa memperhatikan dan menjaganya.
Pernah ketika Abuya melawat ke Singapura beliau berniat akan berangkat ke indonesia. Maka beberapa murid beliau di Indonesia terutama yang di Jakarta sudah bersiap-siap di Bandara untuk menyambut kedatangan Ulama kharismatik tersebut. Memang kehadiran beliau di Indonesia sangat diharapkan oleh para pecintanya, setelah sekian lama beliau tidak berkunjung ke Indonesia.
Akan tetapi apa mau dikata secara tiba-tiba beliau membatalkan kunjungannya ke Indonesia dan langsung pulang ke Makkah. Ketika ditanya perihal itu, beliau menjawab bahwa beliau diperintah Sayyidah Aisyah (melalui mimpi) untuk langsung kembali ke Makkah Al Mukarramah.
Dan yang demikian ini tidak terjadi sekali dua kali tetapi
berkali-kali. Bisa dikatakan bahwa setiap akn melakukan safar beliau selalu beristikharah terlebih dahulu, menunggu adanya isyarah.
Suatu saat salah satu orang menyarankan agar di rumah beliau di gali sumur untuk kebutuhan air sehari-hari. Kemudian Abuya menyambut baik saran itu, lalu beliau memerintahkan salah satu muridnya untuk beristikharah agar di tentukan di bagian mana yang akan digali.
Setelah istikharah dan mendapat isyarah, si murid menunjuk salah satu tempat di halaman rumah beliau di Rushaifah tepatnya di pojok timus di samping pintu gerbang. “Insya Allah disini tempatnya”, kata si murid.
Maka dimulailah pengeboran sumur itu, Subhanallah apa yang di dapat oleh si murid dengan isyarah tadi memang kenyataan. Keluar air yang bersih dan deras sehingga sampai saat ini dipakai untuk kebutuhan sehari-hari keluarga dan murid-murid beliau. Padahal kita tahu kondisi tanah kota Makkah, tandus dan berpasir. Kadang-kadang untuk mengebor sumur mencapai kedalaman 100 meter lebih. Tetapi tidak dengan sumur di rumah beliau.
Sumber: Mutiara Ahlu Bait Dari Tanah Haram, Biografi As-Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki Al Hasani

KEUTAMAAN PUASA ASYURA

     Tausyiah Habib Munzir Al Musawa - Keutamaan Puasa Asyura

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ : مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَتَحَرَّى، صِيَامَ يَوْمٍ، فَضَّلَهُ عَلَى غَيْرِهِ، إِلَّا هَذَا الْيَوْمَ، يَوْمَ عَاشُورَاءَ، وَهَذَا الشَّهْرَ، يَعْنِي شَهْرَ رَمَضَانَ.
(صحيح البخاري)

Dari Abdullah bin Abbas ra berlata: “tiada kulihat Nabi SAW berusaha keras dalam suatu hari yang diutamakannya dari puasa dihari lainnya, kecuali hari Asyura (10 Muharram), dan bulan ramadhan” (Shahih Bukhari)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Maha Membuka jiwa-jiwa hamba untuk mencintai hal yang terluhur dari segala sesuatu yang luhur di sisi Allah subhanahu wata’ala, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka semulia-mulia kehidupan adalah kehidupan yang dipenuhi dengan pengorbanan untuk pembenahan dakwah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan seluhur-luhur kehidupan adalah kehidupan para penerus cita-cita sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka adalah pelita di barat dan timur, yang merupakan rahasia rahmat Ilahi yang mewarisi kebahagiaan dan kemuliaan, sehingga seseorang yang mendekat kepada mereka akan semakin terang benderang jiwanya, semakin diberi kemudahan dan diangkat segala kesulitannya oleh Allah subhanahu wata’ala, karena mereka dekat dengan pelita penyambung rahmatan lil’alamin, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang telah bersabda :

أُتِيتُ بِمَفَاتِيحِ خَزَائِنِ الْأَرْضِ حَتَّى وُضِعَتْ فِي يَدِي. قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ فَذَهَبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنْتُمْ تَنْتَقِلُونَهَا

“Diberikan kepadaku kunci-kunci pendaman bumi (anugerah-anugerah Allah) hingga diletakkan ditanganku”, Abu Hurairah Ra berkata : “kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat, dan kalianlah yang akan mewarisinya”

Maka terwariskanlah cahaya kebahagiaan dunia dan akhirat serta seluruh kenikmatan kepada ummat sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan seluruh kenikmatan adalah bagian dari rahmat Allah subhanahu wata’ala. Semua kenikmatan itu Allah bagikan kepada seluruh makhlukNya yang beriman atau pun yang tidak beriman, keapda makhlukNya yang akan melewati kehidupan yang abadi, atau makhlukNya yang hanya akan hidup dalam kehidupan yang fana. Sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala:
وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ
( الأعراف : 156 )
“ Dan rahmatKu (Allah) meliputi segala sesuatu”. ( QS. Al A’raf : 156 )

Maka semua benda yang akan berakhir masanya dan tidak berlanjut pada kehidupan yang kekal pun akan mendapatkan bagian dari rahmat Allah subhanahu wata’ala. Dan rahmat Allah subhanahu wata’ala telah dikenalkan kepada kita, yaitu sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Sehingga tersebar dan terpancarlah darinya cahaya rahmat Ilahi yang memunculkan seluruh rahmat Allah yang ada. Disebutkan dalam riwayat Shahih Al Bukhari bahwa Allah subhanahu wata’ala menciptakan satu rahmat untuk disebarkan ke bumi, sehingga seluruh bentuk dari rahmat Allah yang ada di muka bumi ini berlanjut hingga akhir zaman. Dan masih tersisa 99 rahmat Allah subhanahu wata’ala yang masih akan diberikan kepada hamba-hambaNya yang beriman kelak dalam kehidupan di surga.

Hadirin yang dimuliakan Allah
Saat ini kita berada di bulan yang agung yaitu bulan Muharram, di mana begitu banyak anugerah dan peristiwa-peristiwa agung yang terjadi di bulan ini. Diantaranya yang disebutkan dalam kitab tafsir At Tahriir Wa At Tanwiir, bahwa datangnya pasukan Abrahah yang menunggangi gajah untuk menghancurkan Ka’bah adalah di bulan Muharram, maka di bulan Muharram itulah terjadinya kehancuran pasukan Abrahah dan Allah menyelamatkan Ka’bah dari serangan pasukan Abrahah, sebab dalam waktu dekat yaitu 2 bulan setelahnya adalah bulan Rabi’ Al Awwal, yaitu bulan kelahiran sang pembawa rahmat sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga di tahun itu disebut dengan Tahun Gajah. Begitu juga diantara para nabi dan rasul beserta umat-umat mereka banyak yang mendapatkan anugerah dan kenikmatan berupa petolongan dan keselamatan dari Allah subhanahu wata’ala di bulan Muharram. Sebagaimana nabi Nuh As selamat dari musibah banjir dan mendaratkan perahunya di hari ‘Asyuraa, tanggal 10 Muharram. Demikian juga selamatnya Nabi Musa As dari kejaran Fir’aun dan terbelahnya lautan hingga menenggelamkan Fir’aun dan pengikutnya juga terjadi pada hari ‘Asyuraa. Dan disebutkan bahwa api Namrud yang membakar nabi Ibrahim As yang kemudian Allah menjadikan api itu sejuk atas nabi Ibrahim, hal itu juga terjadi pada bulan Muharram. Di bulan Muharram ini adalah bulan kelahiran nabi Ibrahim As, dan kelahiran nabi Isa As, kelahiran nabi Shalih As. Kemudian pada bulan Muharram ini juga Allah subhanahu wata’ala menyelamatkan dan mengeluarkan nabi Yunus dari dalam perut ikan Paus. Begitu juga terdapat pendapat yang mengatakan bahwa di bulan Muharram Allah subhanahu wata’ala mempertemukan nabi Yusuf As dengan ayahnya nabi Ya’qub As setelah sekian lama berpisah sebagaimana yang dikisahkan dalam surat Yusuf, adpun pendapat lain mengatakan bahwa kejadian tersebut terjadi pada hari ‘Asyuraa. Kemudian Allah subhanahu wata’ala memberikan kekuasaan kepada nabi Sulaiman pada bulan Muharram, dan Allah menerima tobat nabi Daud As di bulan Muharram. Juga disebutkan dalam riwayat yang tsiqah bahwa Allah subhanahu wata’ala mengangkat nabi Isa As ke langit pada bulan Muharram. Dan Allah subhanahu wata’ala menurunkan nabi Adam As dan sayyidah Hawwa’ ke bumi di bulan Muharram. Dalam salah satu riwayat dijelaskan bahwa sayyidah Hawwa’ diturunkan ke bumi yaitu di pantai yang saat ini dikenal dengan nama Jeddah, maka sayyidah Hawwa’ duduk di tepi pantai kemudian malaikat memberinya pakaian dari surga, lalu ia diperintah untuk pergi menuju tanah haram hingga sampailah sayyidah Hawwa ke tanah haram (Makkah Al Mukarramah) dari arah sebelah timur, kemudian malaikat memerintahnya untuk duduk di atas sebuah bukit, maka bukit tersebut dikenal dengan nama bukit Marwah, yang berasal dari kata Mar’ah yang artinya adalah wanita. Kemudian nabi Adam As diturunkan ke bumi lalu diperintah untuk menuju tanah haram dari arah sebelah barat, dan setelah sampai di tanah haram ia diperintah untuk duduk di atas di atas sebuah bukit, kemudian malaikat berkata : “Marhaban bika ya shafiyallah (selamat datang wahai pilihan Allah)”, sehingga bukit itu dikenal dengan nama bukit Shafa. Dan nabi Adam As diajari oleh Allah subhanahu wata’ala untuk membangun bumi, dengan bercocok tanam, berkebun, atau berternak dan lainnya, karena jika nabi Adam As tidak mengetahui hal itu dan tidak mengajarkan kepada keturunannya maka kelak bumi tidak akan ada yang memakmurkannya, maka nabi Adam As pun mulai bercocok tanam, dan berternak, hingga ketika tiba musim dingin ia membuat pakaian penghangat dari kulit domba, kemudian ia memberikannya satu pakaian kepada sayyidah Hawwa’ lalu ia pun menangis dan berkata : “Sungguh aku merindukan pakaian penghangat yang terbuat dari sutera lembut yang ada di surga, pakaian kulit domba ini sangat kasar dan menyakitkan kulit”, maka nabi Adam As berkata : “Inilah pakaian kita di muka bumi”. Dan di bulan Muharram pula kota Madinah dibuka untuk hijrahnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan kaum muslimin. Maka ketika itu mulailah para sahabat hijrah ke Madinah Al Munawwarah sebelum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yang kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berhijrah pada bulan Rabi’ Al Awwal. Adapun perhitungan bulan Hijriyah diawali dengan bulan Muharram sebab perputaran bulan yang dalam masa setahun kembali pada porosnya itu diawali dari bulan Muharram.

Al Imam Ibn Abbas Radhiyallahu ‘anhuma juga menjelaskan dalam tafsir Ibn Abbas bahwa makna firman Allah “ وَاْلفَجْرِ ” dalam surat Al Fajr adalah waktu Fajar hari pertama bulan Muharram. Kemudian dalam tasfir Al Imam At Thanthawi menjelaskan makna dari ayat selanjutnya " وَلَيَالٍ عَشْرٍ" yang dimaksud adalah malam-malam 10 hari pertama bulan Muharram. Maka hal ini menunjukkan bahwa 10 hari pertama bulan Muharram memiliki kemuliaan yang sangat besar. Dan Al Imam Qulyubi menjelaskan di dalam hasyiyahnya bahwa tidak ada bulan yang lebih mulia daripada bulan Muharram kecuali bulan Ramadhan. 

Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ
(رواه مسلم )
“ Sebaik-baik puasa setelah puasa Ramadhan adalah puasa di bulan Allah Muharram”

Sebagian pendapat Ulama’ mengatakan bahwa puasa pada bulan Muharram yang dimaksud adalah puasa hari ‘Asyuraa (10 Muharram). Sebagaimana riwayat sayyidina Ibn Abbas Ra yang berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak begitu memperhatikan puasa di hari tertentu kecuali puasa di hari ‘Asyura dan di bulan Ramadhan. Hal ini menunjukkan bahwa puasa di bulan Ramadhan dan hari ‘Asyuraa sangat diperhatikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, puasa di bulan Ramadhan sudah pasti sangat diperhatikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam karena merupakan puasa wajib, akan tetapi Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam juga sangat memperhatikan puasa di hari ‘Asyuraa, yang merupakan puasa sunnah. Namun Al Imam As Syafii berkata akan kesunnahan berpuasa sehari sebelum tanggal 10 Muharram atau sesudahnya, agar tidak menyerupai kaum Yahudi yang juga berpuasa pada tanggal 10 Muharram, sebagaimana riwayat sayyidina Ibn Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
خَالِفُوا الْيَهُودَ صُومُوا يَوْمًا قَبْلَهُ أَوْ يَوْمًا بَعْدَهُ

“Selisihilah kaum Yahudi, berpuasalah sehari sebelumnya (‘Asyuraa) atau sehari sesudahnya”

Dan dalam riwayat yang lain sayyidina Abdullah Ibn Abbas Ra berkata 
:
حِينَ صَامَ عَلَيْهِ الصَّلاةُ والسَّلَامُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ ، قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ إنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى ، فَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلاةُ والسَّلَامُ : فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ ، فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ عَلَيْهِ الصَّلاةُ والسَّلَامُ

“Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam puasa di hari ‘asyuraa, para sahabat berkata : “wahai Rasulullah, hari itu adalah hari yang diagungkan oleh kaum Yahudi dan Nasrani, kemudian Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam berkata : “Jika demikian di tahun yang akan datang insyaallah kita berpuasa di hari ke 9 Muharram”, dan belum tiba tahun yang akan datang namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat”.

Hari ‘Asyuraa ini juga merupakan hari kasih dalam anggota keluarga dengan dengan bersilaturrahmi, menebar kasih sayang, atau dengan meluaskan nafkah untuk keluarga. Disebutkan bahwa di malam ‘Asyura sayyidina Umar bin Khattab Ra mengundang para sahabat dan menjamu mereka dengan hidangan-hidangan khusus. Dan hari ‘Asyura juga disebut sebagai hari santunan bagi anak-anak yatim, sebagaimana ’asyura adalah adalah hari kasih antara anggota keluarga, sehingga anak-anak yatim yang tidak mempunyai keluarga sudah selayaknyalah kaum muslimin yang menyantuni mengasihi dan menyenangkan mereka. Disebutkan juga dalam riwayat bahwa perang Khaibar terjadi pada tahun bulan Muharram tahun ke 7 H. Sebagian riwayat menyebutkan bahwa perang Khaibar diawali pada bulan Dzulhijjah, dan berlangsung hingga bulan Muharram dan Safar. Sebagaimana di Khaibar adalah benteng kaum Yahudi yang berjumlah sangat banyak, sehingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan kaum muslimin memerangi benteng-benteng tersebut hingga benteng yang terakhir. Hal ini berawal ketika pimpinan kaum munafik yaitu Abdullah bin Ubay bin Salul setelah mendapati kekuatan Quraisy melemah untuk melawan kaum muslimin, maka Abdullah bin Salul mencari kekuatan yang dapat membantu mereka menghancuran Islam, mereka adalah orang-orang Yahudi yang memiliki banyak benteng Khaibar yang berada di sekitar Madinah, dimana jika orang Yahudi telah sepakat untuk menghancurkan Islam maka musuh-musuh Islam dari kabilah-kabilah yang lain dapat mengepung kaum muslimin dari segala penjuru. Dan ketika kabar sampai kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa orang-orang Yahudi Khaibar telah bersekutu dengan musuh-musuh Islam untuk memerangi kaum muslimin dari segala penjuru benteng Khaibar. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintah untuk menulis surat kepada kaum Yahudi, dan diantara isi dari surat tersebut adalah : 

Bismillahirrahmanirrahim, dari Muhammad Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam ) kepada kaum Yahudi, kalian telah mengetahui di dalam kitab kalian (Taurat) disebutkan firman Allah subhanahu wata’ala : 

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآَزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
( الفتح : 29 )

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersamanya keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kalian melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada wajah mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati orang-orang yang menanamnya karena Allah ingin menjadikan orang-orang kafir marah (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal baik di antara mereka pengampunan dan pahala yang besar”. ( QS. Al Fath : 29 )

Sebagian Ulama’ menafsirkan makna ayat -أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ - maksudnya adalah keras keinginan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan kaum muslimin untuk mengislamkan orang-orang kafir, bukan keinginan yang kuat atau kekerasan untuk membunuh mereka. Sebab jika keinginan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah membunuh atau membinasakan orang-orang kafir, maka hal itu cukuplah hanya dengan meminta dan berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala untuk memusnahkan mereka semua, seperti yang terjadi di masa nabi Nuh As atas doa nabi Nuh As sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :

وَقَالَ نُوحٌ رَبِّ لَا تَذَرْ عَلَى الْأَرْضِ مِنَ الْكَافِرِينَ دَيَّارًا
( نوح : 26 )
“ Nuh berkata: "Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi”. ( QS. Nuh : 26 )

Namun hingga saat ini masih banyak orang-orang kafir di muka bumi, maka ayat tadi menunjukkan bahwa sifat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan kaum muslimin terhadap orang-orang kafir sangat keras dan kuat adalah keinginannya untuk mengislamkan mereka, dan bukan dengan kekerasan namun dengan kelembutan dan kasih sayang. Sebagaimana disebutkan dalam ayat selanjutnya - رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ- saling berkasih sayang diantara mereka. Mereka semua mencari keridhaan Allah subhanahu wata’ala dan hal itu tampak dari bekas-bekas sujud, namun yang dimaksud bekas sujud bukanlah bekas hitam di dahi, sebagaimana tidak ada satu riwayatpun yang menyebutkan bahwa Rasullah shallallahu ‘alaihi wasallam memilki tanda hitam di dahi sebagai bekas sujud, padahal beliau adalah pemimpin ahli sujud, akan tetapi bekas sujud yang dimaksud adalah cahaya sujud yang terpancar dalam diri mereka yang tidak akan hilang dan sirna baik di dunia atau di akhirat, wajah mereka cerah di dunia dan di akhirat kelak jauh lebih cerah. Dan hal itu ( Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah utusan Allah yang sangat berkasih sayang) juga disebutkan di dalam kitab Taurat dan kitab Injil, sehingga orang-orang yang tidak mendustakan maka mereka akan beriman, sedangkan mereka yang mendustakan akan tetap dalam kekukufuran. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata dengan suara yang lantang :

اللَّهُ أَكْبَرُ خَرِبَتْ خَيْبَرُ إِنَّا إِذَا نَزَلْنَا بِسَاحَةِ قَوْمٍ فَسَاءَ صَبَاحُ الْمُنذَرِينَ

“Allahu Akbar hancurlah Khaibar, sungguh jika kami turun di halaman kaum (Yahudi), maka buruklah pagi hari yang akan dialami oleh orang-orang yang diberi peringatan”

Kemudian di pagi harinya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar bersama kaum muslimin menuju Khaibar. Demikian indahnya politik peperangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang selalu memilih waktu perang di pagi hari, dan tidak mau menyerang pada malam atau sore hari, sebab di pagi hari orang-orang masih dalam keadaan segar bugar. Berbeda dengan politik kita, yang mana akan mencari atau memilih waktu ketika musuh-musuh dalam keadaan lemah atau belum siap. Kemudian penduduk benteng Khaibar berkata : “Muhammad dan pasukannya telah datang“, maka ketika itu mulai lah benteng Khaibar satu per satu dihancurkan hingga sampai pada benteng terakhir yang terkuat, dimana di benteng itulah terpendam seluruh harta dan sandang pangan kaum Yahudi. Maka ketika itu panji peperangan diberikan kepada sayyidina Abu Bakr As Shiddiq Ra namun di hari itu benteng tersebut belum bisa ditembus. Dan di hari kedua panji peperangan diberikan kepada sayyidina Umar bin Khattab Ra, namun di hari itu benteng pun belum bisa ditembus. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “Esok panji ini akan kuserahkan kepada seseorang yang mencintai Allah dan RasulNya”. Ketika pagi menjelang semua sahabat berharap untuk dipanggil oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan diberikan panji kepadanya. Sehingga diantara para sahabat berkata : “Belum pernah kami mengharapkan kepemimpinan kecuali di hari tersebut”, karena para sahabat tidak mengharapkan kepemimpinan sebab khawatir atas dirinya tidak dapat memikul amanah dan tangggungjawab tersebut, namun karena disaat itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata bahwa pemimpin yang membawa panji itu adalah seseorang yang mencintai Allah dan RasulNya, maka semua sahabat mengharapakn hal itu. Keesokan harinya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menanyakan dan mencari sayyidina Ali bin Abi Thalib, lantas para sahabat berkata bahwa sayyidina Ali bin Abi Thalib sedang terkena penyakit mata, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memanggilnya dan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam meniup kedua matanya hingga sembuhlah ia dari sakit mata, lalu diberikanlah panji peperangan itu kepada sayyidina Ali bin Abi Thalib Kw. Maka ketika itu sayyidina Ali bin Abi Thalib maju untuk menyerang benteng Khaibar dan menorobos derasnya deru panah yang diarahkan kepadanya, hingga ia sampai di depan benteng Khaibar dan menancapkan bendera perang di samping benteng Khaibar, kemudian ia menjebol benteng Khaibar dengan tangannya dan meluluhkan kaum Yahudi yang berada di dalamnya. Diriwayatkan dalam sirah Ibn Hisyam bahwa di saat itu tujuh orang tidak mampu mengangkat runtuhan atau potongan dari benteng tersebut, dan dalam riwayat lainnya juga disebutkan walau dengan jumlah 40 orang pun runtuhan dari benteng tersebut tidak belum bisa terangkat, namun sayyidina Ali bin Abi Thalib mampu mengangkat dengan satu tangannya berkat doa sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka di saat semua benteng Khaibar telah dikuasai oleh kaum muslimin. Sehingga diantara orang-orang Yahudi ada yang meminta keselamatan kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan mereka pun pergi menjauh dari Madinah, sedangkan diantara mereka ada yang menetap di Madinah namun dengan membayar Jizyah, yaitu semisal pajak yang harus dibayar oleh orang kafir yang bukan wanita, anak-anak, fuqara’ atau orang gila yaitu sebanyak 2 Dinar dalam setiap tahunnya. Musuh-musuh Islam banyak mempermasalahkan masalah jizyah yang diharuskan kepada orang-orang kafir, padahal zakat bagi orang kafir hanya ada satu macam, sedangkan zakat yang harus dibayar oleh kaum muslimin terdapat 7 macam zakat . Jadi zakat yang diwajibkan kepada orang kafir jauh lebih ringan daripada zakat yang diwajibkan kepada umat Islam. Disebutkan dalam sirah Ibn Hisyam, ketika terjadi perang Tabuk dan raja Yohana membayar jizyah untuk kerajaannya maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menulis surat yang berbunyi bahwa barangsiapa yang telah membayar jizyah, maka ia telah aman dengan jaminan Muhammad rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam baik di darat atau di lautan. Demikian cara yang sangat indah di dalam ajaran Islam dari bimbingan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan perang Khaibar mengingatkan kita pada satu kejadian dimana ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dijamu dengan berbagai macam hidangan yang telah matang, dan ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam akan mengambil bagian dari makanan tersebut, maka makanan-makanan yang telah dimasak, dipanggang atau dibakar itu bersuara dan berkata : “Wahai Rasulullah, aku telah dibubuhi racun maka janganlah engkau memakanku”. Hingga makanan yang sudah dimasak pun masih diberi izin oleh Allah subhanahu wata’ala untuk berbicara kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam demi menjaga beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dari kejahatan musuh-musuh beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Demikian besar dan hebatnya cinta makhluk-makhluk Allah subhanahu wata’ala kepada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Hadirin yang dimuliakan Allah
Rahasia bulan Muharram berpuncak pada semakin kuatnya kita membangun cinta kita kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yang dengan hal itu Allah subhanahu wata’ala akan membukakan pintu anugerahNya seluas-luasnya. Ya Allah di bulan Muharram Engkau telah menyelamatkan para nabi dan rasul, di bulan Muharram Engkau pertemukan nabi Adam dan sayyidah Hawwa’ di muka bumi, di bulan Muharram Engkau selamatkan nabi Nuh As dan ummatnya, di bulan Muharram Engkau selamatkan nabi Yunus As, di bulan Muharram Engkau selamatkan nabi Ibrahim As, di bulan Muharram Engkau selamatkan nabi Musa As dan kaumnya, di bulan Muharram Engkau terima tobat nabi Daud As, di bulan Muharram Engkau berikan kerajaan kepada nabi Sulaiman, di bulan Muharram Engkau persatukan nabi Ya’qub As dan nabi Yusuf As, di bulan Muharram Engkau buka Madinah Al Munawwarah untuk kaum muslimin berhijrah, di bulan Muharram pula Engkau berikan kepada kami kemuliaan puasa ‘asyuraa yang menghapus dosa setahun yang lalu (HR. Muslim). Maka kita berdoa demi kemuliaan bulan Muharram, semoga Allah subhanahu wata’ala melimpahkan kepada kita anugerah-anugerah agung, sebagaimana anugerah yang diberikan kepada para nabi dan rasul serta umat-umat sebelum kita. Ya Allah mereka semua telah menikmati dan melewati anugerah-anugerah itu, namun Engkau Yang Maha memberi dan membagikan kemuliaan di bulan Muharram masih tetap ada, maka kami memanggil namaMu Yang Maha Luhur untuk Engkau jawab doa dna munajat kami.

فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا
Ucapkanlah bersama-sama

َياالله...يَاالله... ياَالله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ